Lirih jiwa menampung duka
Kapan detik bersua di bangku taman yang sama?
Tangkai memikul takdir di atasnya
Bersahut iring-iringan di telinga
Melepas daun menjadi tiada
Mata tak bisa aku buka
Dibendung air menjadikannya muara air mata
Sayup-sayup bibir mengeja nama
Menanggung paruh waktu yang sia-sia