Bagi orang kota yang awam dengan dunia pertanaman, bibit pohon selama ini identik diperoleh dengan cara membeli. Sebagian memang tidaklah mahal harganya, namun kalau kita bisa mempersiapkan bibit sendiri mengapa harus membeli?. Sewaktu SD dulu untuk pertama kalinya saya berkenalan dengan teori memperbanyak tanaman secara "vegetatif" (bener nggak ya istilahnya?). Dari teori tersebut, saya jadi tahu bahwa selain melalui biji, tanaman dapat diperbanyak lewat teknik "stek", "cangkok", "okulasi", "umbi" dan "anakan". Dari semua teknik itu, saya menyukai teknik stek, umbi dan anakan karena kepraktisannya.
Menanam dengan Stek Secara sederhana, waktu itu saya pahami teknik "stek" sebagai teknik potong batang dan tancapkan. Sementara teknik "anakan" saya pahami sebagai lihat anak-pisahkan dari induk-dan tanam. (hahaha...indahnya dunia kalau praktek teori sesederhana itu :D) Senangnya SD jaman saya, jam 12 siang saya sudah sapai rumah. Jadi banyak waktu bisa dipergunakan untuk aktifitas lainnya bersama teman-teman. Salah satu aktifitas yang cukup menyenngkan saat itu adalah berburu tanaman untuk distek dan di anakan. Awalnya saya hantam kromo, semua batang tanaman yang saya temukan saya potong dan tancapkan (setelah ijin ke tetangga untuk mengambil batang tanamannya tentunya). Hasilnya, hahahaha, tentu saja banyak yang mati karena memang teknik stek hanya bisa diaplikasikan untuk tanaman tertentu. Dari pengalaman potong dan tancap itu, saya akhirnya tahu bahwa tanaman pedang-pedangan, dan tanaman bunga seperti mawar, melati, kacapiring, dan soka dapat diperbanyak dengan cara di stek. Tidak perlu teori yang ribet, cukup siapkan media tanam(waktu itu saya pakai tanah lapangan bola di tambah lumpur selokan depan rumah plus sampah daun kering) . Pilih batang stek yang tidak tua dan tidak terlalu muda, pilih yang mengandung tunas dan daun muda. Potong secara potogan bambu runcing, lalu tancapkan, kira-kira kedalaman 2-4 cm. Ini contoh stek
KEMBALI KE ARTIKEL