Nampaknya PDIP belajar dari pengalaman lalu bahwa semenjak Jokowi diumumkan menjadi capres dari PDIP, ia seakan-akan menjadi musuh bersama. Segala cara mulai dilakukan untuk menurunkan elektabilitas Jokowi dan harus diakui serangan-serangan Jokowi Haters membuahkan hasil. PDIP tentu sadar bahwa mereka butuh sosok cawapres yang bisa turut mengangkat elektabilitas Jokowi sekaligus mereka sadar bahwa mengumumkan cawapres terlalu dini hanya akan membuat mereka menjadi sasaran tembak yang lebih masif.
Saat koalisi dengan Nasdem terjalin, nampak sekali kegalauan lawan-lawan politik Jokowi. Serangan mereka terhadap PDIP dan pribadi Jokowi juga semakin gencar. Hasilnya, elektabilitas Jokowi kembali turun. Sejak saat itu PDIP nampak makin hati-hati. Langkah PDIP mendekati PKB nampaknya berkaca dari pengalaman. PDIP tak mau terburu-buru mengumumkan hasilnya. Meskipun sepertinya PKB telah sepakat berkoalisi dengan PDIP namun koalisi dengan PKB ini nampaknya sengaja ditunda pengumumannya agar partai2 lain telat sadar bahwa opsi koalisi yang tersisa sudah sangat terbatas.
Berdasarkan hasil quick count Cyrus- CSIS
Koalisi PDIP (18.9%), Nasdem (6.9%), PKB (9.2%) = 35%
Koalisi Golkar (14.3%) butuh 1-2 partai koalisi lagi
Koalisi Gerindra (11.8%) + PKS (6.9%) = 18.7% butuh 1 partai koalisi
Koalisi Demokrat (9.7%) butuh 2-3 partai koalisi
Partai yang tersisa dijadikan rebutan : P3 (6.7%), PAN (7.5%), Hanura (5.4%)
*Meraih sebanyak mungkin partai koalisi adalah agenda yang akan dilakukan setiap poros koalisi. Melakukannya dengan diam-diam dapat membunuh koalisi yang lain (silent kill).
Melihat komposisi di atas nampaknya bisa terbentuk 3 pasangan capres-cawapres. Hanya P3 yang rasanya ikhlas tak mengincar kursi capres atau cawapres. Partai lain (PKS, PAN, Hanura) nampak masih berharap kadernya bisa dipinang salah satu poros koalisi. Kalau P3 juga bergabung dg koalisi PDIP sedangkan Demokrat bersama PAN dan Hanura menuju ke Golkar nampaknya hanya akan ada 2 pasangan capres cawapres yang berarti hanya akan ada pilpres 1 putaran.
Demikian pula halnya kalau Demokrat dan PAN memilih bergabung dengan Gerindra. Suara Golkar dan Hanura saja tidak akan cukup untuk membawa Ical menuju pilpres. Jika ini yang terjadi nampaknya Golkar akan lebih memilih merapat ke PDIP terutama jika Gerindra terlanjur menetapkan cawapres untuk Prabowo (cawapres yang bukan kader dari Golkar).
Koalisi antara Golkar dengan Gerindra dengan Prabowo sebagai capres nampaknya sulit terwujud. Golkar sebagai pemenang kedua pileg 2014 tentu tak rela posisi capres diberikan kepada Gerindra, pemenang ke3 pileg 2014. Seandainya Golkar akhirnya merelakan posisi capres pada Prabowo mengingat elektabilitas Ical yang rendah nampaknya ongkos politik yang diminta Golkar akan menyulitkan Gerindra untuk berkoalisi dengan partai lain.
PDIP tentu saja akan memilih lawan yang dianggap lebih ringan dan itu jelas bukanlah Prabowo sehingga agenda tersembunyi PDIP kemungkinan adalah seperti berikut :
- Menjalin Koalisi dengan PKB dan menunda pengumumannya selama mungkin
- Mencegah P3 & Hanura berkoalisi dengan Gerindra
- Menjalin koalisi dengan P3 atau mendorong P3 berkoalisi dengan Golkar
- Mendorong terjadinya koalisi antara Golkar dengan Demokrat + PAN + Hanura