Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Ahlak Mulia Penduduk Lombok

10 Oktober 2018   22:59 Diperbarui: 10 Oktober 2018   23:13 791 1
Perilaku sopan dan santun tetap diperlihatkan warga Lombok pasca gempa mengguncang wilayah mereka. Tak ada keluh kesah. Tak ada penjarahan. Apalagi menyalahkan Sang Pencipta atas peristiwa itu.

Ahlak mulia tergambar jelas, bagi relawan yang membantu para pengungsi di Lombok Timur Sembalun. Perilaku indah ini. Meninggalkan decak kagum. Hingga akhirnya, Ustadz Firanda Ustadz DR. Firanda Andirja Abidin, Lc., MA., meminta kepada ihwan untuk melukiskan hal itu.

"Musibah gempa yang menimpa Lombok membuka banyak hal. Terutama ahlak penduduknya. Kaum Muslimin Lombok" Demikian artikel dari Abu Umaiza Ahmad, diterima melalui pesan singkat Whatshaap, Rabu 10 Oktober 2018 malam.

Dalam goresannya, tertulis. Meski gempa menghancurkan rumah-rumah mereka. Bahkan sebagian keluarganya meninggal dunia. Gempa beruntun menimpa mereka seakan tidak pernah berhenti. Dibenak dan bibir mereka "Kapan gempa berakhir?." tulis Umaiza, relawan Lombok, yang kini merasakan gempa susulan di Kota Palu.

Kehilangan rumah dan kelaparan tidak membuat mereka lupa kepada Allah.
Tinggal di tenda-tenda dan terpal darurat
tidak membuat mereka lupa beribadah kepada Allah. Bahkan Mushola-mushola  dan masjid-masjid darurat berdiri bagai jamur. Tiap-tiap pengungsian menegakkan sholat berjamaah. Meskipun   dibumi Allah itu telah luluh lantak. Akan tetapi, ungkapan syukur dan syukur keluar dari mulut-mulut mereka sangat terasa.

"Bersyukur masih bisa beribadah bersama-sama dimushola darurat.
Bersyukur masih bisa hidup." Tulis Umaiza Ahmad.

Tidak ada penjaharan karena kelaparan.
Tak ada hujatan terhadap ILLAHI RABB.
Sabar menanti bantuan, karena mereka juga terlalu malu untuk meminta bantuan secara terang-terangan.

Relawan sangat mudah melakukan tugas-tugasnya. Taka ada tekanan dan intimidasi. Bahkan relawan dan pengungsi bahu membahu untuk membenahi apa yang hancur.

Sebagian kaum muslimin yang sudah mengenal dakwah sunnah, yang mereka pikirkan bukan kebutuhan mereka pribadi.  Tapi bagaimana mereka melihat pintu-pintu dakwah terbuka lebar terhadap orang-orang yang selama ini menolak dakwah. Sekarang menerima dakwah, mereka mendatangi mushola darurat untuk sholat berjamaah, mengikuti kajian-kajian yang diadakan oleh warga dan relawan yang diisi oleh ustadz-ustadz dari salafiyyin

Para warga yang sudah mengaji dan mengenal sunnah, lebih mendahulukan orang lain daripada dirinya. Bantuan-bantuan yang ada diberikan, kepada yang awam. Mereka mendahulukan orang lain dari kebutuhannya.

"Agar makin dekat kepada dakwah sunnah ini. Subhanallah. Padahal mereka juga butuh pada kebutuhan itu." tulisnya.

Allah datangkan para asatidzah dari salafiyyin secara berturut untuk menyirami hati-hati mereka yang penuh dengan keimanan. Dan ini adalah puncak rasa syukur mereka terhadap musibah gempa, yakni mengalirnya ilmu, yang belum tentu sedahsyat ini jika tidak ada musibah gempa.

"Ya. Mereka bersyukur akan musibah gempa karena Allah sirami mereka dengan keimanan dan dengan nasihat-nasihat tentang Tauhid." Tulisnya.

Mereka makin membenci kesyirikan.
Makin cinta kepada dakwah sunnah.

Makin tinggi rasa cintanya terhadap saudara muslim yang lainnya.
Bahkan mereka bahu membahu korban-korban gempa lain dengan cara mengirimkan hasil bumi berupa sayur mayur ke lokasi-lokasi lain yg ditimpa gempa.

"Bahkan Saudara muslim di Palu, Donggala juga dipikirkan." tulisnya.

Allah Maha Besar. Dengan izzah yang tinggi sebagai seorang muslim menggalang dana dengan cara menjual hasil bumi untuk didonasikan kepada korban gempa Palu.

"Membuat malu bagi yamg dalam kelapangan rejeki dan aman yang belum tergerak untuk membantu." singgunnya.

Semoga ahlak, ahlak mulia mereka diganjar syurgaNya Allah.
Semoga Tauhid makin tegak dibumi Lombok.

Catatan Abu Umaiza Ahmad, Palu, 1 Saffar 1440 H.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun