Ungkapan ini berasal dari masyarakat etnis Arfak, Papua Barat yang memaknai Tanah sebagai "ibu atau mama" yang memberikan mereka "air susu" atau kehidupan. Arti di balik ungkapan tersebut adalah jika tanah terus menerus digarap maka akan tandus dan tidak subur lagi (Mulyadi & Deni, 2016).
KEMBALI KE ARTIKEL