4 Juni 2013 19:52Diperbarui: 24 Juni 2015 12:321091
Sahabat... Ingatkah engkau hari itu Hari ketika dua jari kelingking tangan kanan kita saling dikaitkan Tawa renyah memecah suasana sambil kujabat uluran tanganmu kemudian ucapan salam dan kata-kata ikhlas meluncur bagai anak panah bahkan do'a-do'a pun saling kita mohonkan dalam ruang jiwa kita meruah kebahagiaan Seperti pasangan remaja Jadilah kau dan aku sahabat,teman,tetangga,rekan kerja dan entah apa lagi nama sejenisnya.
Tiba-tiba entah dari mana bisikan itu datangnya menyesakkan dada dan memerah padamkan muka Aku melihatmu berbeda kebahagiaannmu menjadi racun hidupku cela dan aibmu adalah santapan lezat yang memuaskan nafsu kebencianku wajahmu tak lagi sejuk kupandang sebutan namamu membuat panas telingaku bahkan kalau mungkin seluruh isi dunia tertawa sinis menghinamu
Yaa Illahi Rabbi... Kukumpulkan seluruh sisa-sisa keberanianku memanggilMu untuk bertanya masih pantaskah aku disebut sebagai sahabat,saudara ketika darah dan nanah saudaraku terasa manis kureguk
Yaa Illahi Rabbi... Dengan sisa nafas yang masih Engkau izinkan tuk kuhirup kulambungkan roh suci ini tersungkur di Arrasy-Mu yang Maha Agung Dalam penghambaanku yang murni kepadaMu Maafkan dan ampunilah hambaMu ini.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.