Ketiga, Tarikat Khidiriyyah yang beliau ikuti ia dapatkan dari Syekh Abdul Wahab at-Tazi yang merupakan murid dari Syaikh Abdul Aziz az-Dabbagh yang menerima Tarekat dari Nabi Khidir as. Terlepas dari benar atau tidaknya Nabi Khidir as.mengajarkan tarikat Khidiriyyah hingga sampai kepada Ahmad bin Idris , kisah Nabi Khidir as dan Nabi Musa as sangat lekat dengan "Pendiri" Tarekat Al-Idrisiyyah tersebut.Patut diduga bahwa "Mahabbah watTaslim" diderivasi dari kisah Nabi Musa as dengan Nabi Khidir as.
Musa as pergi berkelana dengan muridnya Yusya' bin Nun demi menjalankan perintah Allah untuk menemui seorang guru yaitu nabi Khidir as. Dikisahkan bahwa Musa as disyaratkan untuk tidak bertanya apa pun mengenai tindakan apa yang diambil oleh Khidir as. Musa as pun berkata: "Engkau akan mendapatiku insya Allah sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan mendurhakai perintahmu". Kemudian Khidir as melakukan tiga tindakan yang extrim yaitu melubangi perahu milik orang lain yang telah menolongnya, membunuh anak yatim dan menegakkan benteng yang hampir roboh tanpa meminta upah.
Khidir as lah yang memerintahkan Musa as untuk tidak bertanya dan tidak mendurhakai perintahnya. Inilah yang disebut dengan "Mahabbah watTaslim" yang dipahami dan didogmakan oleh suatu Pondok Pesantren yang kini ramai diperbincangkan di Tas******ya; sebuah konsep ketaatan yang salah di mana mahabbah dan taslim ditujukan kepada seorang guru/mursyid. Ini jelas menyimpang dari aqidah yang lurus.
B. THARIQOT MU'TABAROH
Seorang kiayi yang merupakan salah satu yang terlibat dalam penyelesaian masalah dugaan aliran sesat di Tas******ya ini mengatakan bahwa, sebenarnya Tarekat idrisiyyah yang di-klaim diikuti oleh Pesantren yang dicurigai tersebut tidaklah sesat secara sendirinya karena merupakan salah satu dari Tarekat yang Mu'tabaroh. Istilah mu'tabaroh ialah sebuah istilah untuk 40 macam tarekah yang diakui di Indonesia.
Tarekah-tarekah ini merupakan tarekah-tarekah yang dituangkan dalam kitab "Salsabil Mu'in fi Tharaaiqil Arbaiin" karangan Syaikh Muhammad bin Ali Sanusi yang merupakan murid dari Syaikh Ahmad Bin Idris. Istilah 40 tarekat dari kitab ini kemudian mengilhami istilah Thariqah Mu'tabaroh ( diakui ) di Indonesia (yang berjumlah 40). Perlu kita lakukan kajian lebih lanjut mengenai 40 tarekah yang diakui di Indonesia ini mengingat istilah mu'tabaroh ini secara mentah diadopsi dari Muhammad bin Ali Sanusi yang merupakan murid langsung dari Ahmad bin idris yang dijelaskan di atas.
Indonesia sangatlah ketat dalam mengawal kelurusan Aqidah dan Syari'at. Tetapi sangat longgar terhadap pengawasan Thariqah. Sangat sulit kiranya untuk Aqidah Syi'ah, Mu'tazilah, Jabbariyyah dan lain lain untuk berkembang di Indonesia berkat pengajaran dasar Aqidah yang benar. Sulit kiranya berkembang mazhab selain mazhab Maliki, Hanafi, Syafi'i, dan Hambali berkat pengajaran fikih yang benar. Namun sangatlah mudah untuk sekte-sekte thariqat yang nyeleneh untuk berkembang di Indonesia termasuk di Tas******ya karena lemahnya pengajaran pemahaman thariqah yang benar-benar dari Rasulullah.
C. THARIQAH IDRISIYYAH DI TAS******YA
Thariqah ini masuk ke Indonesia pada tahun 1930. Dibawa oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah ( diduga Nama Aseli : Abdul Fattah). Beliau mendapatkannya dari Syekh Syarif as-Sanusi al-Khatabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais, Mekkah. Dari jalur syekh Syarif tersambung kepada Syaikh Ahmad bin Idris melalui Syekh Muhamad Ali Sanusi ( Bukan Imam Sanusi ).
Sejak datangnya ke Indonesia, thariqah ini memiliki pengikut sekitar 70.000 orang di Indonesia yang kepemimpinannya kini dipegang oleh Syekh Muhammad Fathurrahman yang berpusat di Pondok Pesantren ****, Tas******ya.
Pemimpin tarekat Al-Idrisiyyah ini mendapat gelar "Syaikh al-Akbar" yang di-klaim diberikan langsung ( secara ruhani ) dari Rasulullah SAW. Jadi Syekh al-Akbar Abdul Fattah sebagai pelopor tarekat ini di Indonesia memiliki nama bawaan Abdul Fattah, kemudian oleh Rasulullah (wafat 1400 tahun yang lalu) disematkanlah gelar "Syaikh al-Akbar".
Kemudian pada masa "Syekh al-Akbar" Muhammad Daud Dahlan mendapat tambahan "Muhyiddin" yang lagi-lagi disematkan langsung oleh Rasulullah SAW. Selain itu semua Pemimpin Tarekah ini diberi gelar "ra" (Bukan Raden Ajeng), yaitu Radhiyallahu 'Anhu yang oleh Ahlussunnah waljamaah disematkan hanya kepada para sahabat Nabi SAW.
Marilah kita memupuk Aqidah, Syari'at dan Thariqah kita untuk menuju Hakikat secara benar, cerdas, dan murni.
-------------------
Tulisan diatas tidak dimaksudkan untuk menuduh suatu lembaga atau pun nama seseorang.
Tulisan di atas hanya ditujukan untuk menambah pengetahuan.
-------------------