Viral video yang memperlihatkan siswa-siswa menutup gerbang sekolah sehingga sejumlah guru dan siswa tidak bisa masuk karena terlambat. Ini kocak. Jika biasanya guru yang menghukum siswa karena terlambat masuk sekolah, ini justru siswa yang menghukum guru yang terlambat. Terasa heroik. Dengan gagah dan lantang kita bisa bilang, atas nama disiplin dan keadilan ini perlu ditegakkan.
Tapi kisah dalam video viral tersebut di atas masih kalah kocak dibandingkan dengan Carles Recio seorang PNS di Spanyol yang bolos dan baru ketahuan bolos setelah 10 tahun. Selama 10 tahun itu dia tetap menerima gaji rutin. Dia justru ketahuan bolos ketika dia hendak menerima penghargaan dedikasi.
Seperti di banyak sekolah dan bahkan di setiap tempat dan kantor fokus perhatian disiplin waktu biasanya hanya sebatas pada disiplin kedatangan saja. Jika disiplin kedatangan tersebut dimaksudkan untuk efektivitas kerja, cara dan fokus seperti itu tidak tepat. Ada sejumlah cara untuk maling jam kerja. Berikut ini beberapa praktek maling jam kerja di sekolah.
Kita pinjam istilah dalam dunia pencurian dan pemalingan, agar mudah diingat dan dipahami.
1. Metode Babi Ngepet.
Ini betul-betul mirip banget dengan babi ngepet, di mana oknum datang ke sekolah pagi-pagi sekali karena rumahnya dekat dengan sekolah. Dia lalu mengisi absensi dan fingerprint, dan segera pulang kembali ke rumah setelah itu. Baru datang kembali ke sekolah setelah agak siang. Datang sejam atau dua jam setelah jam kedatangan normal sudah jadi lumrah. Dia tidak akan tercatat sebagai orang yang terlambat karena sudah mengisi absensi dan fingerprint.
2. Metode Copet.
Jika babi ngepet maling di awal waktu, tipe copet ini bermain di akhir waktu. Lagi-lagi ini memanfaatkan dekatnya jarak rumah dengan sekolah. Karena ini sekolah fullday, oknum meninggalkan sekolah di siang hari, lalu kembali ke sekolah menjelang jam kepulangan atau setelah lewat jam kepulangan hanya untuk mengisi absensi dan fingerprint.
3. Metode Tuyul.
Oknum meninggalkan sekolah dengan alasan mengantarkan anaknya yang masih TK atau SD kelas rendah pulang ke rumah, dan baru kembali ke sekolah setelah satu atau dua jam. Ini sudah jadi biasa karena terjadi setiap hari atau hampir setiap hari. Satu dua jam masih dirasa ringan.
Jika punishment diberikan kepada tindakan terlambat di awal waktu karena jam kerja efektif jadi berkurang karena keterlambatan itu, maka punishment juga berlaku seharusnya kepada para babi ngepet, copet, dan tuyul.
Ketegasan dan disiplin waktu yang hanya fokus kepada waktu kedatangan saja terasa sebagai disiplin yang artificial, absurd, dan sekaligus kocak. Ini penyakit lumpuh logika yang parah. Perilaku sakit seperti ini perlu tindakan amputasi segera.