Lantas ketika semua pencapaian teknologi itu bisa dicapai, berapa banyak manusia yang mampu memanfaatkan, membelinya, atau sekedar mengaksesnya?
Semua teknologi dihasilkan dari riset dan pengembangan yang panjang dan berbiaya tinggi. Modal yang dikeluarkan adalah investasi yang pasti menuntut return yang lebih besar. Wajar jika sebagian besar hasil pencapaian teknologi akan berorientasi pasar dan bersifat komersil. Jika ada slogan "Technology for Humanity", itu kebohongan paling besar yang pernah ada.
Hidup dan matinya teknologi ditentukan oleh pasar, bukan oleh manfaat nyatanya bagi kesejahteraan keseluruhan manusia.
Seperti halnya sekarang, dan bahkan sampai kapanpun, teknologi hanya dinikmati oleh mereka yang mampu membayar harganya.
Pada akhirnya teknologi hanya akan dinikmati oleh mereka yang kaya dan berkuasa saja. Mereka inilah, yang jumlahnya hanya segelintir inilah, yang akan akan menjadi superhuman, punya rumah di Mars, mampu melakukan perjalanan antar galaksi, dan mampu berada di ruang waktu manapun.
Sementara mayoritas manusia berada dalam kepapaan dan ketidakberdayaan. Mereka menjadi budak dan permainan para superhuman tersebut di atas.
Dalam sains, teknologi, dan rekayasa teknik masalahnya bukan pada apakah itu mungkin atau tidak mungkin diwujudkan, tapi kepada apakah itu mampu menciptakan kehidupan manusia yang lebih egaliter, lebih berbudaya, dan lebih manusiawi.
Melihat masa depan seperti itu, di mana kemajuan teknologi hanya akan mengabdi kepada pasar dan dinikmati oleh hanya segelintir manusia saja yang mampu mengakses dan membelinya, lalu lebih lanjut orang-orang ini akan menjajah dan menindas mayoritas manusia lainnya, akan muncul gerakan untuk menentang kemajuan teknologi seperti itu.
Bahkan gerakan ini akan meminta untuk untuk dihentikannya riset dan pengembangan teknologi apapun, serta mengajak manusia untuk kembali kepada kehidupan tanpa teknologi.
Gerakan ini bukan saja sebatas kritis terhadap teknologi, tapi bahkan anti teknologi.