Kemudian saya tanya lagi, apakah ada yang salah dengan poligami? Mereka menjawab, lagi-lagi dengan perasaan, pokoknya poligami itu tidak ada baiknya, poligami hanya akan merusak ketenangan keluarga, poligami hanya sebagai alasan oleh mereka yang nafsunya besar, wah kalau sudah main pokoknya, diskusi sudah kurang menarik kata saya. Dan ternyata yang mereka tidak setuju bukan poligaminya, tapi prakteknya, karena biasanya orang yang berpoligami mengambil daun muda, mengambil yang memiliki nilai lebih dibanding madunya, mengambil istri kedua yang dari berbagai sisi bisa menyakiti yang pertama, kalau memang yang mereka tidak setujui prakteknya dan bukan poligaminya, mengapa poligaminya yang ditolak? Seharusnya orang-orangnya dong yang diperbaiki, dan kita tidak bisa memukul rata, wah pokoknya yang ingin poligami tidak baik, pokoknya yang ingin memadu istrinya hanya untuk mengumbar nafsu, dan wah pokoknya-wah pokoknya yang lain.
Saya sendiri tidak setuju jika poligami hanya dijadikan alasan untuk mengumbar nafsu, yang saya inginkan sebenarnya hanya solusi, saya sendiri belum tentu mau dan belum tentu sanggup untuk bepoligami, hanya ketika saya baca hasil berbagai penelitian yang menyebutkan bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki, ini masalah! Solusinya bagaimana? Islam menawarkan poligami, orang-orang Barat menawarkan selingkuh walaupun tawaran ini tidak secara langsung, mereka paling gencar menolak poligami, tapi kalau selingkuh gak jadi masalah, dan yang perlu diingat, Islam hanya menawarkan solusi dan bukan menganjurkannya, ini terbaca dari dua ayat dalam Al-Qur'an yang intinya, pertama: kalian boleh menikahi perempuan, dua, tiga, dan empat. Ayat kedua intinya berupa peringatan: tapi walaupun kalian diperbolehkan menikahi dua, tiga sampai empat orang, kalian harus berhati-hati karena hati tidak bisa dibagi, kalian hanya bisa adil secara lahir tapi secara batin cinta kalian tidak bisa dibagi rata.
Sama sekali tidak ada anjuran di kedua ayat ini, dua-duanya hanya menawarkan solusi jika jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki, dan ini kenyataan yang terjadi sekarang.
Dari saking inginnya saya mengetahui solusi masalah kelebihan jumlah perempuan dibanding laki-laki, saya sering berbicara dari hati ke hati dengan kawan-kawan mahasiswi, jawaban mereka berbeda-beda, ada yang mengatakan, "Saya sih setuju aja poligami, tapi bukan untuk saya!" Saya jawab, "Ya sama aja neng!" Ada juga yang menjawab, "Saya setuju poligami asal yang mau poligami sama dengan Nabi atau paling tidak, sama dengan sahabat-sahabat Nabi", dan bahkan ada juga kawan mahasiswi yang sudah menikah yang menjawab, "Saya setuju poligami, bahkan saya sendiri yang menawarkan ke suami saya, hanya saja dengan syarat, saya yang akan mencari sendiri madu saya!" Dari berbagai jawaban ini, jawaban yang bagi saya lebih logis dari yang sekadar asal tolak atau asal tuduh, atau yang hanya main pokoknya, saya menyimpulkan, sebenarnya poligaminya sendiri tidak masalah, yang jadi masalah adalah prakteknya, kalau seperti ini jawabanya kan lebih mendidik dan lebih bisa menyelesaikan masalah, yang sama artinya dengan mengatakan, "Saya mau dipoligami asal!.."
Ada pertanyaan menggelitik yang menurut saya ada benarnya juga, "Ibu-ibu lebih baik dimadu atau diracun?" Dimadu maksudnya dipoligami dan diracun maksudnya dikhianati dengan cara selingkuh, Jawabannya tergantung yang dikasih pilihan!