Sebuah jajak pendapat yang diadakan di Amerika Serikat, Gallup, meminta 2.001 orang dewasa Amerika menjawab sejumlah pertanyaan. Dari survey yang dilakukan, sekitar 90 persen dari mereka melekatkan karakteristik “emosional” kepada sosok wanita.
Apa yang Anda rasakan membaca informasi di atas?
Mungkin biasa saja. Sebab stigma itu sudah lama ada. Di mana perempuan identik dengan perasaan, sedangkan pria identik dengan pikiran. Meskipun survey Gallup tidak menanyakan tentang emosi tertentu, atau menentukan konotasi positif atau negatif untuk kata “emosi”, kata emosi kembali lagi pada wanita. Mereka memandang wanita lebih rentan untuk mengalami berbagai situasi emosi yang intens dibandingkan pria.
Persepsi bahwa perempuan lebih banyak menangis daripada pria pun cukup tersebar luas. Tapi seperti bayi dan anak-anak, laki-laki dan perempuan menangis sekitar jumlah yang sama rata-rata. Hanya selama masa pubertas gadis-gadis mulai menangis lebih dari anak laki-laki lakukan. Menurut sebuah artikel yang dimuat tahun 2005 oleh New York Times mengatakan bahwa wanita, pada usia 18, menangis empat kali lebih banyak dari pria.
Pertanyaannya, kenapa demikian?
Salah satu penjelasan yang dapat diberikan untuk kita hari ini adalah mengenai perilaku hormon prolaktin. Hormon ini “berkontribusi” untuk memicu seseorang menangis lebih sering pada beberapa orang, dan tidak pada beberapa yang lain. Prolaktin ada dalam darah dan air mata, dan eksistensinya lebih umum pada wanita dibandingkan pada pria.
Saluran air mata perempuan juga berbentuk sedikit berbeda dari laki-laki, yang mana bisa jadi adalah sebab dari peningkatan atau intensitas menangis. Selain itu, orang yang mengalami depresi mungkin menangis empat kali lebih banyak daripada yang tidak. Sedangkan, menurut Psychology Today, dua dari tiga orang yang didiagnosa depresi adalah perempuan.
Apakah Anda salah satunya?
Menangis, dalam beberapa hal, memang baik untuk pelepasan emosi. Hanya saja, bila Anda selalu menangis untuk alasan-alasan yang belaka emosional, Anda akan kehilangan kejernihan berpikir dan menjadi “tidak masuk akal” dalam menyelesaikan masalah.
Wanita, sejatinya, selalu bisa untuk mengendalikan perasaannya. Yang Anda butuhkan adalah berlatih dan pembiasaan. Pandangan yang umum ada tentang wanita adalah pandangan yang dihasilkan oleh banyak orang karena melihat banyaknya kejadian, yang mengajak mereka pada kesimpulan itu. Bagaimanapun, jika Anda simak dari survey Gallup, katakanlah, ada 10 persen yang tidak berpendapat wanita bukanlah makhluk yang emosional. Artinya, ada wanita di luar sana yang mampu menunjukkan dirinya mampu mengendalikan diri dan bersikap tenang saat menghadapi masalah.
Tapi, siapa ya?