Kampung Solor adalah wujud kemajemukan. Beragam manusia dan cita rasa menyatu...
Pada bagian pertama tulisan ini, saya berkisah awal perjalanan ke Kupang. Saya menantang diri saya sendiri, dalam waktu 2 hari, kiranya ada berapa banyak makanan khas Kupang yang berlabuh di lidah. Tiga jenis makanan telah berhasil dinikmati adalah se'i sapi, sayur kembang pepaya, dan es kacang hijau. Saya menikmatinya di Restoran Subasuka, tepi Teluk Kupang yang memesona. Klik tautan ini untuk membacanya.
Kampung Solor adalah target sasaran saya berikutnya. Kampung ini amat terkenal dengan daya tarik kuliner malamnya. Menu makanan yang dijajakan didominasi makanan laut. Beragam jenis ikan laut ada tempat ini. Ukurannya besar-besar pula. Ikan-ikan yang dijual adalah ikan segar yang didapat dari nelayan yang kebanyakan orang Bugis. Orang-orang Bugis dan penduduk asli Kupang telah hidup berdampingan sejak lama.
"Bahkan, tak sedikit pula orang Bugis yang menikah dengan penduduk lokal," kata Pak Jerry yang menemani. Pak Jerry adalah penduduk asli Kupang. Oya,Pak Jerry ini pengantar saya selama di Kupang.
Inilah sebabnya adapula makanan yang dijual di Kampung Solor ini "beraliran" Bugis. Misalnya dokko-dokko, sejenis ketupat beras yang berbentuk panjang menyerupai es lilin. Tak hanya makanan dari Bugis, pecal lele ala Jawa juga tersedia di tempat ini. Makanya saya katakan di awal tulisan, Kampung Solor adalah wujud kemajukan di Kupang.
Prinsip dasar makan di Kampung Solor sederhana saja. Ini menurut saya. Begitu tiba, nikmati dulu nuansanya. Lihat satu demi satu apa yang dijual oleh pedagang. Rasakan keramahan para pedagang. Jangan takut bertanya jenis ikan yang mereka jual. Kenali ikan-ikannya. Tanya juga akan dimasak seperti apa, jenis sambalnya apa, dan yang terpenting soal harga. Dijamin akan dijawab pedagang tanpa menggigit Anda.
Tak cocok di satu tempat, carilah tempat lain. Atau jika tak mau repot atau tengah dilanda lapar yang amat sangat, duduk saja di meja makan yang disediakan, para pelayan akan segera menghampiri. Temukan kenyamanan Anda sendiri.
Perlu diketahui, para pedagang di Kampung Solor menerapkan etika antar sesama pedagang. Mereka tak berebut pelanggan. Selain itu, Â pedagang minuman berkolaborasi dengan pedagang makanan. Masing-masing mengerti segmen produknya. Setidaknya, begitulah yang saya tangkap.