Event 10 hari terakhir ini adalah saat-saatnya berduaan dengan Allah SWT. Mengakui kekurangan diri, memohon berbagai kebaikan, hanya kepada-Nya. I'tikaf yang dilakukan pada 10 hari terakhir ini kurang lebih memiliki maksud sebagaimana saya utarakan sebelumnya itu. Dengan mengakui kekurangan seorang hamba mengupayakan ampunan, dengan memohon kebaikan seorang hamba mengupayakan awal dan baik bagi setiap urusan dunia maupun akhiratnya.
I'tikaf disyari'atkan dengan hikmah : supaya kaum muslimin berangsur-angsur kembali pada jiwa yang tenang pada 10 hari terakhir ini. Lebih banyak melihat kepada diri daripada orang lain, berinstropeksi dan melakukan refleksi setelah itu, adalah ikhtiar konkret yang hendaknya ditunaikan dalam 10 hari terakhir ramadhan, khususnya bagi mereka yang melakukan i'tikaf.
Tidak semua kaum muslimin tentunya yang bisa melakukan i'tikaf. Entah karena faktor "M" (malas) atau karena hajat yang tak bisa ditinggalkan semisal : tugas paramedik, tugas keamanan, tugas jurnalistik, tugas transportasi, dan tugas-tugas lainnya yang saya kira sebobot dengan i'tikaf, saking bermanfaatnya bagi orang banyak. Namun dalam pemahaman orang biasa seperti saya, melakukan demonstrasi tidak termasuk didalamnya. Bukankah demonstrasi yang sebagian orang menggolongkannya sebagai tugas sosial atau sebagian lagi sebagai tugas politik bisa ditunda pasca bulan ramadhan saja ?
Demonstrasi di Indonesia mulai awal hingga jelang akhir ramadhan ini cenderung menjadi ajang pamer kefrustasian, pamer kedangkalan nalar, pamer kerendahan spiritual, yang ujung-ujungnya lebih efektif menampilkan sosok warga negara yang buruk ketimbang mencapai tujuan mulia bagi kemaslahatan bangsa. Apapun bendera ormas yang mereka usung, apapun isyu yang mereka angkat dalam demonstrasi, saya kira sangat tidak adil jika para demonstran yang over-acting itu dibiarkan mengganggu kekhusyukan ibadah di akhir ramadhan.
Masak warung makan buka siang saja dianggap mengganggu kekhusyukan, sementara demonstrasi yang penuh umpatan, bakar-bakaran benda seperti suku primitif yang kanibalist, sampai-sampai bawa veses manusia segala malah dibiarkan. Mengapa orang-orang yang berikhtiar secara halal harus kena cekal, sementara orang-orang yang mengganggu kekhusyukan bulan ramadhan malah dibiarkan merasa dirinya patriot ?
Ayo, Pak Polisi, tegas saja ! Larang semua demonstrasi dalam 10 hari terakhir ini. Tangkap dan cekal saja orang-orang yang memanaskan suasana bulan suci kaum muslimin itu. Demonstrasi kok seperti enggak ada bulan yang lain ?!!!
*ataw*