Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Bangga Melayani Bangsa

27 Mei 2022   09:30 Diperbarui: 27 Mei 2022   09:32 873 1
Apa tujuan anda menjadi ASN?

Kajian terbaru KemenPANRB menarik. Dari 15.464 responden, 84,3%, mengatakan memilih menjadi ASN karena ingin berkontribusi terhadap bangsa dan negara. Selebihnya karena alasan lain. Mengikuti keinginan orang tua atau kerabat, karena status atau gengsi, beban kerja yang rendah serta karena banyaknya waktu luang.

ASN (Aparatur Sipil Negara) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) yang bekerja pada Instansi Pemerintah. Fungsi ASN menurut UU No. 4/2015  tentang ASN adalah pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.

Dulu, menjadi PNS adalah suatu kebanggaan. Bangga karena PNS memiliki status sosial yang baik di masyarakat. Orang tuapun ikut bangga jika anaknya menjadi PNS, dan menginginkan mantu yang juga PNS.
 
Namun, kajian terakhir KemenpanRB menunjukan berubahnya preferensi bekerja para ASN. Menjadi ASN tidak semata-mata karena status sosial dan alasan lainnya. Keinginan berkontribusi terhadap negara dan bangga melayani bangsa menjadi alasan yang paling dominan.

Perubahan preferensi bekerja ini merupakan pilar utama mendorong instansi pemerintah menjadi efektif. Organisasi sektor publik yang efektif pada gilirannya akan mendorong negara bertumbuh pesat, sebagaimana yang dialami Thailand, Korea Selatan,  Malaysia, Taiwan, dan Singapura.

Perubahan motivasi kerja ASN relevan dengan berbagai perubahan di era VUCA (Volatile, Uncertatinty, Complexity Ambiguity). "Era VUCA tidak bisa lagi diragukan. Lingkungan sekitar kita terus berubah dan bergerak dalam berbagai arah, lingkungan sekitar kita terus berubah dan bergerak dalam berbagai arah,"  kata Bob Leduc, Presiden Pratt & Whitney, sebuah perusahaan pembuat mesin pesawat terbang pada awal 90an.

Bagi ASN, di era yang penuh kejutan-kejutan perubahan ini melayani tuntutan public tidak bisa lagi dengan cara bussiness as usual, dengan cara-cara biasa, lambat dan tidak bermutu. Orientasi dan harapan publik atas pelayanan semakin kompleks, cepat, sederhana, dan mudah terjangkau.  

Leduc menegaskan untuk dapat bergerak cepat di tengah-tengah perubahan, maka budaya organisasi harus diperkuat. Budaya organisasi adalah perangkat sistem nilai, keyakinan, asumsi, atau norma yang berlaku, disepakati dan diikuti oleh seluruh anggota organisasi sebagai pedoman perilaku.

Budaya organisasi ini menjadi kekuatan sosial yang tidak nampak, namun mampu menggerakkan orang-orang organisasi untuk melakukan aktivitas kerja. Mendorong berubahnya perilaku bekerja menjadi sebuah budaya kerja para karyawan dan pegawai dalam sebuah organisasi.

Selama ini budaya kerja instansi pemerintah bervariasi walaupun memiliki makna yang sama. Perbedaan ini menyulitkan proses internalisasi nilai budaya kerja kedalam perilaku ASN. Akibatnya, nilai-nilai budaya kerja hanya menjadi jargon organisasi tanpa implementasi yang diinginkan.

Pemerintah menyadari hal ini. Pada 27 Juli 2021, Presiden Jokowi meluncurkan Core Values BerAkhlak dan Employer Branding Bangga Melayani Bangsa. Keduanya menjadi dasar penguatan budaya kerja di instansi pemerintah untuk mendukung pencapaian kerja individu dan tujuan instansi pemerintah. BerAkhlak adalah akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif.

Dalam rancangan Arcitechture Human Capital, ASN dan tempatnya bekerja (K/L/D) memiliki ekspektasi yang saling melengkapi, dikenal sebagai Employer Value Preposition (EVP). Kedua ekspektasi ini bertumpu pada keseimbangan, antara perkembangan dan pertumbuhan.

Dalam EVP,  instansi pemerintah harus dapat memberi ruang bagi kesempatan berkarir disertai reward dan recognition. Instansi juga harus membuka kesempatan bagi seorang ASN mengembangkan diri dan ruang baginya untuk merasa bangga untuk berkontribusi dalam melayani bangsa.

Sebaliknya, ASN harus dapat memberikan kinerja terbaiknya dan berperilaku sesuai budaya kerja organisasi. Untuk mencapai hal itu,  mereka harus keluar dari Zona Nyaman yang selama ini dinikmatinya, menuju ke Zona Perkembangan dimana ASN bisa memberikan kinerja terbaiknya dalam organisasi.

"If we talk about business and management, we talk about human behavior and human institution," kata Guru Manajemen dunia, Peter F. Drucker.

Untuk menjadi profesional sebagaimana harapan instansi, ASN harus merubah perilaku dan budaya kerja. Ary Ginanjar, Founder ESQ Leadership Training menganjurkan budaya kerja efektif yang bisa meningkatkan kinerja dan pengabdian, terkait dengan apa yang dilakukan di sekitar kita, sesuatu yang akan ditinggalkan kepada generasi berikutnya, dan apa yang dilakukan ketika tidak ada yang melihat.

Seorang ASN harus menemukan makna mendalam dari pengabdiannya sebagai aparatur negara. ASN yang telah menemukan maka pengabdian sesusungguhnya, tidak lagi bicara tentang gaji dan renumerasi atau tantangan dan pengembangan karir. Mereka memaknainya sebagai kontribusi dan pengabdian terhadap negara, tujuan utama penerapan core values ASN BerAkhlak.

Untuk menginternalisasi ASN BerAKHLAK secara efektif, Ary Ginanjar, sang Motivator Indonesia memberikan 2 cara yang saling melengkapi, yakni cara Barat dan cara Timur.

Cara Barat dilakukan dengan menggabungkan antara Values, System serta Leadership. Sedangkan cara Timur adalah dengan menanamkan perilaku, values, dan beliefs system. Untuk menjadi belief system, setiap ASN harus menanamkan nilai nilai tersebut serta terlibat dalam proses latihan dan praktek. Kebiasaan ini akan merubahnya menjadi sebuah character ethics yang suatu saat dapat merubah perilaku, yang pada gilirannya akan berkembang menjadi budaya kerja.

So, menjadi ASN tetap menjadi daya tarik bagi siapa saja. Setiap tahun, antrian tetap membludak. Magnetnya karena banyak hal namun makin bergeser pada pengabdian kepada bangsa dan negara.  Pastikan anda sudah termasuk ASN yang bangga melayani bangsa!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun