Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Gadis Cilik Nan Ceria Penjual Tissue di Mesjid Agung Sunda Kelapa

30 Juni 2011   00:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:04 593 7
[caption id="attachment_117017" align="aligncenter" width="280" caption="Melisa sedang tertawa ketika difoto (Dokumen pribadi)"][/caption] Gadis cilik itu masih belia sekali, tetapi sudah berjualan Tissue. Kutemui saat aku bersama seorang teman sedang berada di Mesjid Agung Sunda Kelapa hari rabu siang kemarin (29/6/11). Dengan membawa tas ransel cilik, dan gayanya yang polos, ceria tetapi berani, ia berkeliling menawarkan dagangannya kepada orang-orang yang ada di dalam dan luar mesjid. Tampaknya di daerah ini memang banyak anak-anak kecil yang berjualan. Awalnya aku tidak terlalu memperdulikan. Ketika kami sedang makan di depan mesjid, ia bolak-balik menawari kami tissu “Kak tissuenya, mau tissue gak?” Aku menggelengkan kepala sambil berkata “Enggak. Maaf ya dik” Gadis cilik itu berlalu, aku melanjutkan makan sambil ngobrol dengan temanku, dia kakak tingkatku sewaktu kuliah, kebetulan sudah lama kami tidak bertemu. Setelah makan, kamipun pergi ke dalam mesjid untuk sholat. Kami tidak lama berada di dalamnya, karena ingin berfoto-foto di depan mesjid. Tetep narsis ya hehe, maksudnya aku yang motret dan temanku yang jadi modelnya. Eh baru saja aku membuka tas untuk mengeluarkan kamera, gadis cilik itu muncul lagi menawarkan dagangannya. Aku sih cuek saja. Ia menawarkan tissuenya pada temanku. Temanku menolak karena sudah punya tissue yang sama. Tapi sepertinya gadis cilik itu pantang menyerah ia terus membujuk temanku “Ayo dong kak beli” “Ih aku kan sudah punya” ujar temanku sambil mengeluarkan tissuenya “Beli lagi dong kak” gadis itu berkata lagi sambil menggerak-gerakkan badannya. “Emang berapa harganya?” “Lima ribu kak” “Modalnya berapa?” “Dua ribu” “Hah mahal amat, untungnya lebih dari 100 persen dong” Gadis itu hanya senyum-senyum saja, mungkin dia juga tidak mengerti karena hanya disuruh. Akupun jadi tertarik dan akhirnya mendekat pada gadis cilik itu karena ingin memotretnya. Diapun mulai menawari tissuenya padaku. “Ayo kak beli” “Ehm gak deh” “Kakak tisuenya mana? Emang udah punya?” Dalam hatiku, “berani banget nih anak nanya-nanya punya tissue apa nggak” “Ada, di saku” jawabku sambil tersenyum Anak itu tetap tidak mau menyerah “Kan belum punya yang kayak gini” ujarnya polos “Eh berapa tadi harganya?” “Lima ribu” “Mbak harga aslinya berapa, mahal banget kayaknya nih?” tanyaku pada temanku “Dua ribu” “Wah ini ngambil untung kebanyakan, masa 150 persen sih” Gadis itu hanya tertawa-tawa sambil menggerak-gerakkan badannya, maklum anak kecil hehehe. Tiba-tiba ada anak kecil laki-laki mendekati kami, tampaknya dia juga berjualan, tetapi buku anak-anak. Karena kasihan akhirnya aku mengeluarkan uang dari dompet. “Iya deh aku beli tapi mau kufoto ya” Bocah laki-laki di sampingnya menyeletuk “Mauu” Gadis cilik itu terlihat senang sewaktu aku mengeluarkan uang, lalu malah balik bertanya pada temanku “Kakak yang ini beli juga dong, kan yang itu udah mau beli” Aku dan temanku menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa karena merasa lucu. “Ayo dong bergaya, ini mau kufoto” kataku “Gak mau ah, beli dulu baru foto” katanya polos “Lho aku sudah ngeluarin uangnya nih, masa gak percaya” kataku [caption id="attachment_117020" align="aligncenter" width="280" caption="Melisa dan temannya"][/caption] Akhirnya kedua bocah itu berpose. Awalnya mereka malu-malu tapi lama-lama sepertinya senang sekali kufoto. Aku tersenyum-senyum melihat gaya mereka yang polos. Tampak orang yang sedang berlalu-lalang  juga ikut memperhatikan kami. [caption id="attachment_117023" align="aligncenter" width="280" caption="Menghindar saat hendak kufoto"][/caption] Setelah membeli tissuenya, dan difoto, gadis cilik itu menulis di karton bekas. Rupanya sedang mencatat tissue yang telah terjual. Sempat kufoto lagi tetapi menghindar. “Masa nulis aja difoto” ujarnya sambil tertaw-tawa. Setelah itu, mereka langsung pergi sambil berlari-lari. Tapi aku sempat ngobrol sebentar dengan si gadis cilik. Hari ini jualannya baru laku 2. Namanya Melisa, dan bocah yang laki-laki itu temannya tapi aku lupa namanya. Rupanya dia disuruh berjualan oleh orang tuanya. Katanya sekarang ibunya di rumah, sedang nyuci dan menjemur baju. Aku tidak bisa membayangkan  rumah yang mereka tinggali itu seperti apa. [caption id="attachment_117026" align="aligncenter" width="490" caption="Melisa lagi ngintip ketika aku sedang memotret temanku"][/caption] Akupun kembali memotret-motret lagi. Sesekali kudengar suara bocah-bocah kecil sedang menawarkan tissuenya, mungkin juga Melisa masih di sekitar sini dan sedang memperhatikan kami. Ternyata benar, dia tiba-tiba muncul pada saat aku sedang memotret temanku, dan sempat terekam kamera. Tapi hasil fotonya jadi benar-benar lucu. [caption id="attachment_117031" align="aligncenter" width="336" caption="Melisa dan temanku di Taman Suropati "][/caption] [caption id="attachment_117034" align="aligncenter" width="560" caption="Melisa lagi ngiklan di Taman Suropati hehehe"][/caption] Kamipun berpindah tempat ke Taman Suropati. Ternyata di sana kami bertemu lagi dengan bocah laki-laki temannya Melisa. Tapi dia cuek saja. Tak berapa lama Melisa datang lagi, sambil makan permen karet dan senyum-senyum. Langsung saja kusuruh berpose sambil menunjukkan dagangan tissuenya. Melisa benar-benar anak yang berani dan ramah, dia sudah tidak canggung lagi bergaya di depan kamera. Waktu itu ada juga kakaknya perempuan memperhatikan kami yang sedang berfoto, sepertinya usianya beberapa tahun di atas Melisa. Tapi dia tidak mau diajak berfoto. Rupanya dia sedang mencari Melisa, mungkin mau mengajaknya pulang. [caption id="attachment_117036" align="aligncenter" width="420" caption="Lagi nanya-nanya Melisa"][/caption] Kami ngobrol lagi sebentar dengan Melisa, ternyata dia baru mau naik kelas, dari kelas 3 ke kelas 4 (Aku pikir tidak bersekolah). Katanya sekolah Sdnya gratis tapi aku lupa namanya. Dia membantu jualan orang tuanya kalau kebetulan tidak sedang bersekolah. Benar-benar potret kehidupan seorang anak kecil yang luar biasa. Biasanya aku hanya menyaksikan ini dari film-film saja (kebetulan paginya barusan nonton film “Rumah Tanpa Jendela” hehe). Ternyata ini benar-benar nyata, dan ini banyak terjadi di kota-kota besar. Biasanya kan yang sering aku lihat bocah pengamen atau peminta-minta saja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun