Sekarang internet broadband semakin murah, teknologi standar sudah bisa digunakan untuk bekerja jarak jauh apalagi Starbucks terlihat lebih menarik dari kantor. Haruskah kita tua dijalan?
Seorang pekerja komuter khususnya di Jakarta akan menghabiskan waktu sekitar 30 sampai 45 menit untuk menuju tempat bekerjanya. Jika tidak beruntung, kebanyakan pekerja yang berasal dari kota satelit bisa menghabiskan waktu sekitar 1 jam menggunakan transportasi umum.
Motor bisa jadi solusi, tapi aroma baju anda berhasil menyimpan seluruh polusi di Jakarta. Jika memilih mobil pribadi, maka bersiaplah bersaing dengan 12 juta kendaraan lainnya. Paling tidak itu yang dikatakan Polda Metro Jaya tentang prediksi jumlah kendaraan bermotor di Jakarta pada tahun 2011
Setelah semua kegilaan di jalanan, seorang teman lama mengajak anda bertemu sehabis pulang kantor, lalu anda harus menuju tempat fitness karena selama 9 jam di kantor anda hanya duduk di belakang komputer saja. Kini anda tiba dirumah dan sudah jam 11 malam, selain kehilangan waktu untuk keluarga, anda pun harus segera tidur karena harus bangun maksimal jam 6 pagi agar tidak terlambat kantor. Ulangi kegiatan tersebut selama setahun dan bayangkan betapa padatnya kegiatan Anda. Stress?
Bisa jadi, itu adalah gambaran banyak pekerja komuter di kota besar khususnya Jakarta.
Manfaatkan Internet
Nah, Sekarang bayangkan jika semua pekerjaan yang biasa anda lakukan di depan komputer dilakukan dirumah. Mengirim laporan lewat email, berkomunikasi lewat Instant messaging kepada rekan kerja ataupun melakukan rapat dengan video conference lewat Skypee. Selain menghemat uang transportasi, mengurangi polusi akibat menggunakan kendaraan pribadi, anda pun bisa menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Microsoft di tahun 2010 pernah melakukan survey online tentang remote worker dan mengeluarkan kesimpulan bahwa kebanyakan kantor sudah memenuhi kebutuhan pekerja remote
Faktanya, 62% dari 3600 orang mengatakan bahwa perusahaan mereka telah melengkapi pekerjanya dengan Laptop sebagai modal utama untuk melakukan aktifitas remote.
Survey tersebut juga mengatakan bahwa 40% kantor telah dilengkapi dengan Virtual Private Network yang memungkinkan komputer rumah dan kantor terhubung menggunakan jaringan internet.
Persiapkan yang lain
Yudha, seorang pekerja remote di bidang Multimedia mengatakan bahwa sudah nyaris 3 bulan dirinya tidak datang ke kantor “Saya sudah lupa dengan susunan ruangan saya,” ia mengatakan sambil tertawa.
“Kantor kami memang bergerak di bidang IT dan Multimedia Development, sehari-hari kami bekerja pakai laptop dan memasang internet broadband dirumah. Ditambah Blackberry sekarang malah makin gampang komunikasinya” tambahnya lagi.
Yudha dan perusahaannya memang selangkah lebih maju. Tidak hanya Laptop, VPN dan software instant messaging namun perusahaannya memakai software yang memang ditujukan untuk pekerja remote
“Nama Softwarenya ActiveCollab, begitu log-in maka kami seperti berkumpul dalam satu ruangan. Disini kami bisa membuat status apa yang sedang dikerjakan, membuat project bersama, berbagi file hingga mengeluarkan pembayaran untuk client,” paparnya bangga.
Namun pandangan berbeda dikatakan oleh Ady, pria yang bekerja sebagai HRD disebuah perusahaan elit di Jakarta ini mengatakan ragu dengan konsep tersebut “Saat kita bangun pagi, memakai jas kerja dan menyalakan mobil itu sudah memberikan semangat produktifitas yang berbeda ketimbang duduk seharian di rumah” ujarnya
Namun Ady percaya bahwa remote worker bisa diterapkan disaat perusahaan membutuhkan pegawai dengan kemampuan khusus tetapi lokasinya di luar pulau
Terlepas dari kontroversial untung dan ruginya bekerja sebagai remote worker, Ady menambahkan bahwa yang paling penting bagi seorang remote worker adalah komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan dan siap-siaga dimanapun ia berada ketika kantor membutuhkannya. ( Arya Nanggara )
Bagaimana menurut kalian? sudah siapkah perusahaan kalian? atau bagaimana dengan individunya masing masing?