Kasus malpraktek mencuat ketika satu pihak merasa tidak puas dengan pelayanan yang diterima, apakah terjadi kecacatan bahkan sampai yang menyebabkan kematian. Sebenarnya ketidakpuasan muncul ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Pertanyaannya bagaimana menghindari hal tersebut terjadi? Saya rasa cukup hanya satu kata yang menjelaskan semuanya...."JUJUR". Kejujuran terhadap konsumen akan kondisi yang sebenarnya selain akan membuat mereka mengerti keadaannya juga akan memberikan informasi apa yang harus mereka lakukan saat itu maupun kelak dikemudian hari, dengan kata lain merupakan sebuah proses pembelajaran dan pendidikan bagi mereka. Disisi lain konsumen selayaknya menggunakan haknya dengan bertanya mengenai kondisinya yang sebenarnya, apa masalah yang dihadapinya, mengapa sampai masalah itu muncul, apa yang harus dilakukan serta kemungkinan apa yang yang akan terjadi bila menjalani terapi atau tidak menjalani terapi termasuk resiko terapi itu sendiri.
Mengapa saya memilih kalimat "Antara Pasien atau Konsumen?" Meski dalam praktek sehari-hari saya masih menggunakan istilah "pasien" tetapi sejatinya bagi saya mereka adalah "konsumen", sama halnya dengan posisi konsumen terhadap restoran, bank, konsumen terhadap industri wisata, konsumen terhadap industri perdagangan. Pada dasarnya "pasien" itu adalah konsumen terhadap bidang "jasa kesehatan". Dahulu "pasien" berada pada posisi yang tidak bisa memilih, mau tidak mau harus menerima apa yang "diberikan" oleh sang dokter karena jumlah dokter yang sangat terbatas namun sekarang sudah banyak dokter, artinya banyak pilihan. Maka seharusnya "sang terpilih" lebih bijak dan mampu memberikan pelayanan yang berbeda dibanding lainnya.
Saya juga manusia biasa seperti yang lain, saya juga tidak lepas dari berbagai kekurangan. Terkadang saya juga merasa tidak menjalankan idealisme profesi saya namun sudah seharusnya kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan dan saya percaya itu. Mohon maaf atas segala kekurangan, semoga tulisan ini ada manfaatnya terutama bagi saya sendiri sebagai upaya untuk mengingatkan diri saya akan sebuah nilai idealisme profesi