Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Tipi Berwarna - Catatan Tepi

10 April 2023   21:26 Diperbarui: 10 April 2023   21:39 129 3
Di suatu hari minggu, bapak mengajak saya ke pasar minggu. Disana beliau membeli satu set trafo berwarna merah dengan lampu indicator mirip rotator ambulan.

Trafo itu alat untuk menurunkan voltage dari 220 volt menjadi 110 volt. Saya bertanya buat apa trafo itu? Tapi bapak tak mau menjawabnya.

"Besok aja kamu akan tau!" sanggah bapak penuh misteri.

Hari senin pagi bapak mengajak saya pergi dengan motor Honda CB100 nya. Motor bernomor seri B 5357 EE itu melaju ke arah utara lalu berbelok ketika mendekati gedung yang kami kenal sebagai gedung Koperasi.

"Baru tanggal segini mau ambil beras jatah?" tanya saya.

Setiap bulan biasanya kami sekeluarga mendapatkan beras jatah sebanyak 60 kg. Beras itu berkutu dan selalu ibu tukar dengan beras lain yang lebih layak. Hari itu belum lagi tiba tanggal beras jatah datang.

Bapak menepikan motornya. Ketika turun saya mengikutinya dari belakang tanpa mendapat jawaban pertanyaan.

"Kamu tau apa yang bapak mau ambil?" tanyanya. Saya menggeleng.

Bapak memgajak masuk kedalam dan disana ia menunjukkan satu kotak kardus coklat yang cukup besar bertuliskan GRUNDIG.

"Hah...Tipi berwarna?"

Saya meloncat girang bukan kepalang. Benda itu yang saya idam -idamkan sejak lama, menggantikan teve hitam putih merk JVC yang nampak mulai usang.

Dengan teve itu saya ingin melihat warna kulit Laura Ingals yang sesungguhnya. Juga warna-warni kuda mereka di film Litle house in the Praire. Pasti indah dibanding selama ini yang saya lihat dalam dua warna saja.

Kami bergegas pulang. Teve itu diikat dijok belakang motor oleh bapak dan saya memilih berlari pulang duluan.

Dulu siaran teve tak ada di siang hari jadi kami tak bisa langsung melihat acara teve. Karena saya bersekolah di siang hari, rasanya tak sabar melewati jam-jam pelajaran dikelas menanti saat-saat kemewahan baru tiba. Menonton layar televisi berwarna.

Usai sekolah saya berlari pulang. Menunggu pukul lima tiba. Bapak yang saya temui sedang merangkai kabel-kabel dari trafo step down menuju ke unit televisi. Ternyata untuk itulah ia membeli trafo sehari lebih dulu.

"Gak sabar ya?" ledek bapak kepada kami sekeluarga.

Siaran awal  TVRI telah lima menit dimulai, bapak baru selesai menyusun urutan kabel.

"Bismillah ya, sekarang kita nonton televisi berwarna!"

Kami semua menatap layar televisi yang kerap diiklankan oleh artis cilik ternama Adi Bing Slamet dalam siaran Manasuka Siaran Niaga.

Bapak menekan tombol televisi buatan jerman itu.

"Blaaas...." suara ledakan dikotak sekring begitu kerasnya. Listrik mati. Kami diminta bersabar sebentar.

Bapak bergegas mengganti rumah sekring dengan seutas kabel tembaga utk menyambung listrik  kembali.

"Blaaas...." suara yang sama terdengar lagi, bahkan lebih keras. Lampu rumah mati semua.

Sekali lagi bapak mengganti sekring namun suara 'blass' kembali berulang.

"Benar kata petugas koperasi. Teve Eropa ini listriknya gede wattnya. Rumah kita gak kuat untuk menyalakan Teve ini," jelas bapak dalam nada kecewa.

"Jadi..?" hampir bersamaan kami bertanya.

"Ya besok bapak kembalikan saja teve ini ke koperasi,"

"Tukar sama teve lain aja pak! Merk lain!" desak saya.

Bapak menggeleng. Ia bilang bahwa hanya itu teve yang tersedia di koperasi. Bapak bersedia dipotong gajinya untuk menyenangkan kami sekeluarga.

Besok paginya, bapak mengembalikan televisi itu ke koperasi dan kami..... harus bertahun-tahun kembali menunggu untuk memperolah kemewahan memiliki sebuah teve berwarna diruang tamu.

Saya kecewa...kami semua masygul..tetapi untungnya Laura ingals tetap cantik, kuda kudanya tetap gagah. Ada yang hitam, ada yang putih dan ada yang campuran hitam putih.

Maka ketika saat pertama memiliki rumah, satu hal awal yang saya lakukan segera adalah TAMBAH DAYA.

Saya tak ingin kekecewaan terulang. I hate GRUNDIG!!

-From the desk of Aryadi Noesaid-

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun