Benar, meskipun langit biru itu adalah sesuatu yang menyenangkan, penuh semangat, dan bergairah, tapi kalau terjadi dalan deretan waktu yang lama, akhirnya terasa monoton. Apa yang mau dibicarakan lagi, kalau jelas daei pagi hingga sorenya adalah langit biru?
Awan yang terlihat juga adalah cumulus, altocumulus, dan cumulonimbus. Mereka datang bergantian sebagai pengisi ruang di langit biru. Dibawa angin, yang terkadang hembusannya sampai ke daratan, dan menggoyangkan pepohonan.
Di Jalan Kubang Raya pada pukul sembilan, keadaan ramai lancar. Mau hari libur anak sekolah, Kubang Raya menolak untuk menjadi sepi. Di Simpang Panam, antrian kendaraan (Didominasi oleh yang bertonase besar) tidak terlalu panjang. Hanya dua ratus meter.
Di beberapa jalan, seperti Manunggal dan Saudara, aktivitasnya lancar walaupun mahasiswa sudah pada pulang kampung. Di kedua jalan itu, jika hari perkuliahan normal, didominasi oleh mahasiswa (Utamanya Mahasiswa UIN Suska) yang hilir-mudik.
Untum Jalan H.R. Soebrantas, keadaan tetap ramai. Dan, titik kemacetan tetap sama, meliputi hampir semua propoden yang ada di sepanjang jalan itu. Pada malam harinya, volume kendaraan kesannya meningkat. Tapi, dalam sudut pandang kami, beberapa mobil melaju pelan sehingga lalu lintas melambat. Pada saat bersamaan, pengendara motor banyak di jalanan, dan mereka tersendat juga dikarenakan lambatnya beberapa mobil ini.
Pada malam hari, langit Panam cerah. Bintang-bintang tampak kerlap-kerlip. Namun, siapa sangka, pada diniharinya, ternyata turun hujan yang sangat lebat.