Udara panas di luar bus telah menyiksa pori-pori kami. Masuk ke dalam bus malah menambah beban derita kelenjar kami. Duduk di atas bangku ringsek itu cukup menyenangkan panasnya diri kami. Tidak ada pengharapan berlebihan. Cukup duduk dan tunggu. Tapi, bus belum beranjak. Mesinnya saja masih mati. Sementara, supirnya hanya berdiri di samping bus tua mereka. Menikmati satu puntung rokok. Bercanda. Berbicara. Mata rekan-rekan kami para perokok pastilah bulat menyaksikan hal itu.
KEMBALI KE ARTIKEL