Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cinta Terlarang (1)

31 Desember 2017   10:10 Diperbarui: 31 Desember 2017   10:41 933 0
Tik.. tik...

Suara tetesan air, terdengar jelas. Hujan belum menemui usai sejak sayup-sayup shalawat melantun di subuh yang hening. Sekiranya seperti kemarin, mungkin mentari akan terik memanggang ragaku. Dinginnya suasana tak membuatku beranjak dari tempat ini. Kupandangi langit kamar tidurku tanpa  plafon. Mataku terpejam, mengingat apa yang telah terjadi. Semalam, diacara tahun baru kompleks tempat tinggalku kini. Dasar bodoh, aku memang bodoh tapi  aku tak bisa menolak mata itu. Mata sayu dengan wajah yang ayu itu.

Tubuhku merosot, berbalik, dan bersandar pada dinding kamar. Pintu  kamar tidurku masih terbuka. Aku benamkan wajahku di tumpukan tanganku, aku benar-benar bingung  dengan semua ini. Tapi, jika aku mengingat matanya lagi. Hanya satu  yang aku inginkan, memilikinya.

Tik... tik...

Suara tetesan air, aku masih mendengarnya dengan jelas. Awal tahun bagiku hanya warna keabu-abuan memerah dihariku, entahlah.... Sebuah logika yang selalu menyerah pada perasaan. Mungkin  inilah kenapa Adam turun dari surga bersama Hawa. Logika yang terabaikan  karena adanya sebuah perasaan. Jika yang aku alami seperti halnya Adam  dan Hawa, apakah dia tercipta untukku? Lagi-lagi beberapa tanya membuncah. Ah..., wanita tadi malam merampas kebebasanku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun