Huruf kecil yang kupunyai perlahan kususun, entah menjadi apa tak jua kupeduli. Sepi malam yang ada telah mencipta kesunyian, merasuki kesemestaan aku-ku. Sekedar huruf kecil, mengada dalam kata pun seperti tak punya arti. Ah..., kenapa aku semakin nelangsa? Bukankah puisi, sajak, dan syair bisa kucipta? Pada puisi, aku telah kehilangan diksi. Pada sajak aku kehilangan gertak, dan pada syair aku kehilangan makna. Apalagi yang mesti kubuat, sedang kata semakin kecil bahkan hampir meniada. Diksi telah terpapar nafsu, ingin dipuji dalam kerangkeng besi.
Sebelum kata dan mata terlanjur padam, tercipta do'a sebagai penenang. Kuingin getarkan nada-nada malam, biar tiada kesedihan yang menyambangimu. Kuingin nyalakan lilin-lilin cahaya biar tiada kegelapan menyertaimu, biarkan cahaya tetap jadi milikmu. Karena aku tak pernah melihat dari wajahmu jatuh sesuatu selain cahaya. Kugenapkan asaku dengan dan tentangmu, dan malam, ingin kujadikan saksi dan hakim segala janji. Salam malam padamu yang tak sempurna!