Keringat bercucuran membasahi tubuhnya tak pernah ia keluhkan, namun ketika melihat anak-anak seusianya bermain bersama kedua orang tuannya kadang-kadang membuatnya sedih, karena teringat pada orang tuannya yang meninggalkannya ke Negeri Jiran sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI).
"Tapi saya selalu bersyukur masih ada nenek yang setia menemani saya walaupun kehidupan kami seadanya," ucapnya saat ditemui Poroslombok di pinggir jalan saat sedang berjualan di depan percetakan Cahaya Mandiiri . Sanin (28/02)
Saat ini Hairul masih duduk di Kelas Empat Sekolah Dasar (SD), disalah satu sekolah Negeri di Kota Selong, sepulang sekolah Hairul harus keliling jualan walaupun panas matahari di siang hari harus ia lalui. "Sehari saya biasa mendapatkan uang 50 ribu itupun kalau banyak membeli jajan saya," ucapnya.
Hairul mempunyai saudara dimasbagik akan tetapi dirinya lebih suka tinggal bersama neneknya. Karena kata dia neneknya yang merawatnya dari kecil, hingga sampai sebesar ini,