Saya bingung sebenarnya, apa sih yang dicari dengan tawuran itu? Kepuasan? Puas sudah berhasil bunuh manusia?? Memangnya itu masuk CV?? Ada tercantum, prestasi : berhasil bunuh orang! Ckckckck...
Jadi ingat masa-masa SMA sekitar tahun 90an. Ada tawuran, tapi tak seperti sekarang ini. Hasil akhir paling juga babak belur. Malahan, pernah kita suatu kali sekelas, ngantaerin seorang teman ke lapangan bola tak jauh dari sekolah. Ngapain? Duel satu-lawan satu! Dengan anak SMA dari sekolahan lain. Dua-duanya bawa rombongan teman sekelas. Trus, kita pada ngapain? Ya 'nonton' mereka berduel. Tak ada satupun yang nimbrung. Kita 'nonton' mereka duel sampai selesai. Duel selesai, persoalanpun selesai. Yang kalah ya sudah kalah, yang menang ya sudah menang. Yang pasti keduanya babak belur. Dan kitapun bubar ramai-ramai.
Bandingkan dengan sekarang, kepuasan apa yang mereka cari?
Saya membayangkan apa jadinya kalau mereka yang jadi calon-calon pemimpin negara ini...
Buntut-buntutnya kok malah saya yang paranoid ya, bagaimana dengan anak-anak saya nantinya ya? Bagaimana saya mempercayakan anak-anak saya pada sekolah yang penuh dengan tawuran, geng motor, bullying...ntah apa lagi....
Ah, sudahlah, sekedar curhatan seorang ayah yang punya dua jagoan. Terima kasih sudah mau menyimak.
Sumber :
http://news.detik.com/read/2012/10/12/062310/2060781/10/rektorat-unm-janji-pecat-mahasiswa-yang-jadi-tersangka-tawuran?nd771108bcj