Kukatakan dengan sederhana, bila terhadiahi headline di sebuah artikel, itu adalah perkara sangat biasa, soal umum dan perihal lumrah! Malahpun tergolong klasik. Kenapakah penulis berkata begitu? Karena urusan headline, setiap penulis berpotensi untuk dipajang di halaman depan, siapapun penulis itu! Semua manusia sanggup melakukan itu, bukan? Bisa jadi, pendapat ini tak disetujui oleh pembaca. Itu memang area masing-masing pembaca untuk menyatakan
agree or disagree. Bedakah antara karya yang dihalandepankan dengan yang dihalamanbelakangkan?
Bagiku, tiada beda, sama-sama di halaman. Keduanya punya
public space. Tiap-tiap halaman pasti ada manfaat/gunanya. Kunci-kuncinya, keduanya juga butuh ulet-uletan dalam menulis, multi kreatif dalam memilah tema, dan juga kuat-kuatan dan tahan-tahanan menyelesaikan dan mengakhiri artikel. Nyaris pulalah penulis ujarkan bahwa tiap-tiap menulis artikel, keduanya sama saja modus operandinya;
fokus-mandiri-taktis. Dan, sesiapa (termasuk penulis) yang berimaji headline, maka kusebutlah itu sebagai fenomena neoklasik, sesuatu yang telah uzur dan usang, diperbaharui terus-terus dan meneruslah!.
KEMBALI KE ARTIKEL