Coba
rekeng-rekeng, berapa kali kita mengatakan:
"Tidak" pada permintaan orang; semisal minta ketemu, minta mengerjakan
job tertentu, dimohon untuk mewakili seseorang pada sebuah kegiatan, diminta menjemput di terminal bandara, ataukah bermacam-macam bentuk permintaan atau ajakan oleh orang lain? Faktanya, kita lebih dominan menjawab:
"Ya", bukan? Walau sesungguhnya kita ingin menolaknya tetapi kita tiada mampu mengatakan yang sejujurnya-seadanya-kebenarannya dengan pertimbangan
"Gak enak". So,
disconnect antara gejala kognitif-nalar-rasio dengan afeksi-gejala emosi-kejiwaan. Setelah kita menjawab: "Ya", dan baru saja kita insyafi bahwa di situlah problem batin mulai menggeliat! Kenapa kita memang menjawab "Ya" bila nyatanya memang "Bukan Ya".
KEMBALI KE ARTIKEL