Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Aku, Salim Kancil, dan Sepi

6 Oktober 2015   10:18 Diperbarui: 6 Oktober 2015   10:58 43 0
Terbangun dari tidur karena mimpi yang menyeramkan, membuatku menyesal untuk memejamkan mata di dinihari tadi. Apa  boleh buat, sebuah sesal yang tak ada artinya sama sekali. Karena semuanya sudah terjadi. Sebagaimana warta berita di pesawat televisi, yang tak sengaja kuperhatikan saat menyeruput kopi yang baru diseduh di dapur tadi. Andaikan saja Salim Kancil melolong berteriak minta tolong saat dipaksa pergi oleh para penculiknya, mungkin saja peristiwa pembantaian yang membuat nyawanya pergi dari tubuh aktivis penolak penambangan pasir ilegal itu tak akan pernah terjadi. Karena di saat bersamaan, para tetangganya akan keluar dari rumah masing-masing untuk memberi bantuan, dan menghalau gerombolan penculik yang hendak merudapaksa salah seorang tetangganya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun