24 Desember 2021 19:17Diperbarui: 24 Desember 2021 19:2537115
"Yah, kapan pulang kampung? Kangen nenek. Kangen kampung."
Mata bening itu, masih menatapku menyambut liburan di akhir tahun Sebaris kalimat, kembali membuatku terpaku dan membisu Dan menatap langit yang masih kelabu
Nak, Ayah paham apa yang ada di pikiranmu Melukis gunung dan sawah-sawah menguning Kuat mewarmai fatamorgana, di kepala kita
Nak, Ayah tahu semenjana di hatimu Melewati pematang sawah yang masih basah Dan kecipak kaki mungilmu, tetiba menyapa bening sungai itu
Saat tiba di pancuran, mata beningmu menatapku Dan aku paham, detak semenjana di dadamu Bermainlah, berbasahlah, sepuas kau mau, anakku
Nak, di bening matamu seakan masih bertanya Masihkah kubuatkan senapan panjang dari pelepah pohon pisang Dan mobil mainan dari kulit jeruk Bali? Masih anakku
Matamu semakin bening dan hening menatapku Jangan khawatir anakku, pelepah pohon pinang yang jatuh Masih akan membuatmu tertawa, saat kuseret di sepanjang jalan kampungku
Kulihat, langit masih berwarna kelabu Kampungku, kembali menari-nari di pelupuk mata Nak, semoga kampung kita tetap bersahaja di segala zaman yang ada
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.