Tangan mengepal, tak mampu meninju langit
Idealisme runtuh, terkapar di pelukan nafsu sesaat
Sepintas, tanah tak lagi gersang, senyum dipaksa mengembang
Di relung hati, pemberontakan telah dimulai
Panji-panji idealisme ditegakkannya kembali, melafalkan "pergerakan"
Bukan sebatas retorika jalanan, yang kadang kendur dipopor sangkur
Hati yang bergemuruh, tiap penjuru nadi darah menggelegak
Memuntahkan senjata, bukan lagi sebatas kata "lawan"
Idealisme merambat cepat ke ubun-ubun
Mendidihkan otak yang menggumpal, namun..... Mandeg di depan cermin
Memakna lukisan diri, yang tertanda stempel "munafik"
Simpul-simpul imaji terbelit timbangan materi, dan terkunci
Tak lagi mampu lepas dari jeruji baja "penjara pena"
Sungguh nista, idealisme...."yang telah tergadai"