Yang lebih “mengerikan”, kadang ada guru yang menetapkan hasil belajar peserta didik berdasarkan tampilan “fisik”. Artinya, ada guru yang memberikan nilai 80 hanya untuk “anak cantik”, nilai 70 untuk anak “lumayan cantik,” sedang yang tidak masuk kriteria “keduanya” diberi nilai 60. Jelas guru yang semacam ini hanya mengedepankan subjektivitas “fisik” dan mengesampingkan dampak “psikis” dalam menetapkan hasil belajar anak didiknya. Imbasnya, minat dan usaha obyektif hasil belajar anak didik “dikebiri”. Semoga ini hanya terjadi jaman dulu dan tidak untuk jaman sekarang dan seterusnya.
KEMBALI KE ARTIKEL