Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Kepada Tujuh Bunga Bangsa di Titik Nol

1 Oktober 2020   17:15 Diperbarui: 1 Oktober 2020   19:46 99 19
pada sebuah pelataran dingin
aku berdiri ngungun
aku berkhalwat
kududukkan hati pada tempatnya
sebagaimana tatakramaku
penghargaanku, penghormatanku
di semesta jiwa, semesta raga

di pelataran yang maha
kurendahkan qalb-ku
di antara diorama-diorama
tujuh lelaki teragung
lelaki-lelaki penjaga kedaulatan
untuk sebuah kehormatan
keselamatan bangsa

pada sebuah ruang
di pelataran itu
aku termangu: kaku, kelu
di antara jejak-jejak kelam
jejak yang terpahat dalam-dalam
yang berkisah tentang keperihan
kepiluan-kepiluan di 1 oktober

duhai tujuh bunga bangsa
yang gugur di lembah seribu duka
duka yang telah menguak tabir kelam, gelap
tabir yang membeberkan aib yang maha
di antara kegetiran getaran tujuh sukma;
dari pelataran yang semakin dingin ini, kubertanya kepadamu:
masih saktikah Pancasila di titik nol?

sumurserambisentul, 01 oktober 2020
arrie boediman la ede

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun