kapan kita mengakhiri?
......
selalu saja ingin kuceritakan kisah yang pernah kita lakoni
kisah apa saja
tentang bunga di taman hati, bebatuan di kali progo, dan gemuruh gunung merapi yang menggoda hasrat kita
hingga sekali waktu kita membebaskan diri men-cair dalam satu warna dan bentuk
kita selalu ambil peran kita masing-masing
sesekali kita jadi wayang
sesekali kita jadi dalang
bahkan pernah sekali waktu pada penghujung hari, kita menjadi tetabuhan yang bertalu-talu
tak sungkan kita saling bersendawa
tak lelah ketika akhirnya kita mesti bercanda dengan rama-rama
kitapun pernah berkisah dalam khayalan
seumpama engkau roro jonggrang dan aku bandung bandawasa
tentulah tak perlu menunggu seribu patung untuk mewujudkan rasa kita
dalam sebuah tali asih di antara stupa-stupa candi prambanan
ya, selalu saja ada keinginan menuliskan kisah kita
kisah yang tak ada tanda titik dan komanya
kisah yang sejatinya menembus langit ketujuh
kisah yang pernah meluluhlantakkan persendian di siang malam kita
beribu-ribu kisah telah tercatat pada hati kita
bahwa kitapun telah lupa kapan memulai dan tak tahu kapan kisah kita berakhir
setidaknya derai-derai angin bisa berkirim kabar sekadar bercerita tentang hijau, putih dan jingganya semangat hidup yang pernah ada di antara kita
jika akhirnya perjalanan kisah kita berakhir
berharap rindu tak ikut pupus lalu pergi bersama angin
itupun kerana kulihat ada cahaya yang masih berpendar di-kedalam-an jiwamu
walaupun memang kisah kita telah engkau selesaikan sejak tiga windu yang lalu
berakhir sunyi, mungkin perih
sesungguhnya kuragukan caramu mengakhiri kisah kita
tapi, apapun adanya engkau lebih suka memilih jalan ke barat
jalan yang menurutmu paling aman
dari jauhan aku hanya bisa bergumam, "sesungguhnya bulan yang pernah kita petik itu telah lama berdiri gamang di lorong yang nyaris tak berujung"
sumurserambisentul, 30 agustus 2020
arrie boediman la ede