Bukan untuk diam
Bahwa, sejak dari rahim suci ibumu
Sudah diajarkan kata perkata
Agar bisa berbicara yang baik dan benar
Bahwa ketika kau lahir
Bumi, langit beserta isinya bertasbih, memberi salam
Salam yang sesungguhnya sebuah beban maha berat
Untuk kuat berdiri tegak di tanah yang labil
Tanah yang orang-orangnya lebih suka dengan kepalsuan-kepalsuan
Kau sudah dewasa, tak lama lagi kau tua
Lalu kembali ke tempatmu berasal mula yang bernama tanah
Mungkin kau akan mati muda
Namun jika usiamu panjang
Gunakanlah kata-katamu yang baik dan benar untuk kemaslahatan orang banyak
: begitulah sejatinya hidup
Akan tetapi, kau sedang hidup di jaman yang tak tentu
Makan tak tentu, tidurpun tak tentu
Bahkan ketika kau bersuara tentang kebenaran
Pasal-pasal karet akan mencengkerammu, mengigitmu; sebagaimana gigitan seekor harimau
Selanjutnya dengan ganasnya menghotelprodeokan dirimu di bawah naungan peradilan sesat
Di sini memang hidup semakin tak menentu, hukum rimba telah menjadi patron kaum hamba hukum
Kau tak pernah salah lahir di jaman ini; itu takdirmu yang akan jadi kesaksianmu kelak
Pun, tak perlu risau kawan; jika, kau yakin akan ke-sahih-an kata-katamu
Gunakan jemarimu menyampaikan kebaikan dan kebenaran walaupun mulutmu telah dibungkam
Kerana sesungguhnya ujung jarimu itu setajam keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro;