belum mampu membaca peta cinta
yang lebih punya makna-
aku sesosok lelaki, masih tuli
belum mampu mendengar suara bahagia
tanpa terdistorsi tangis, ataupun haru-
aku sesosok lelaki, masih lumpuh
masih belum juga mampu berlari
mengejar canda tanpa air mata-
aku sesosok lelaki, masih bisu
belumlah pula mampu bercerita
apalagi menemukan kesimpulan
bahwa pengorbanan tak mesti beralasan-
seringkali aku pura-pura bijak
padahal
aku bodoh-
seringkali kutunjukkan kepintaranku
untuk menyembunyikan kekalutanku-
aku kerap bercanda dengan nasib
dipermainkan ketidakpastian
dan, aku
memastikan tak ingin sesering mungkin
menangisi
segala kelucuan episode-episode ini-
dan, kuakui
aku tak punya sayap untuk terbang
aku tak punya otak jenius untuk merancang mesin kebahagiaan
aku hanya merasa besar dan sempurna
ketika terdesak untuk mencipta-cipta seonggok senyum
biarpun tak jernih, tapi tak mau kelewat tersesat dalam kekeruhan
biarpun tak sepenuhnya menghapus noda kecewa
setidaknya masihbisa meyakinkan
banyak tersisa segala kemungkinan-
aku mengasihimu
aku menyayangimu
sebagaimana aku menolong diriku
untuk lepas dari jerat resah
dan menikmati sensasi nyaman saat kita berdekatan-
apa aku benar-benar tak menginginkan memilikimu?
ah, sungguh sukar kujawab
sama seperti aku mempertanyakan
mengapa ada rasa takut kehilangan,
jika seringkali mempertanyakan rindu itu,
bandung, 2013-2014