Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Retrospeksi Rindu Itu

13 Februari 2014   13:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:52 19 2
aku sesosok lelaki, masih buta

belum mampu membaca peta cinta

yang lebih punya makna-

aku sesosok lelaki, masih tuli

belum mampu mendengar suara bahagia

tanpa terdistorsi tangis, ataupun haru-

aku sesosok lelaki, masih lumpuh

masih belum juga mampu berlari

mengejar canda tanpa air mata-

aku sesosok lelaki, masih bisu

belumlah pula mampu bercerita

apalagi menemukan kesimpulan

bahwa pengorbanan tak mesti beralasan-

seringkali aku pura-pura bijak

padahal

aku bodoh-

seringkali kutunjukkan kepintaranku

untuk menyembunyikan kekalutanku-

aku kerap bercanda dengan nasib

dipermainkan ketidakpastian

dan, aku

memastikan tak ingin sesering mungkin

menangisi

segala kelucuan episode-episode ini-

dan, kuakui

aku tak punya sayap untuk terbang

aku tak punya otak jenius untuk merancang mesin kebahagiaan

aku hanya merasa besar dan sempurna

ketika terdesak untuk mencipta-cipta seonggok senyum

biarpun tak jernih, tapi tak mau kelewat tersesat dalam kekeruhan

biarpun tak sepenuhnya menghapus noda kecewa

setidaknya masihbisa meyakinkan

banyak tersisa segala kemungkinan-

aku mengasihimu

aku menyayangimu

sebagaimana aku menolong diriku

untuk lepas dari jerat resah

dan menikmati sensasi nyaman saat kita berdekatan-

apa aku benar-benar tak menginginkan memilikimu?

ah, sungguh sukar kujawab

sama seperti aku mempertanyakan

mengapa ada rasa takut kehilangan,

jika seringkali mempertanyakan rindu itu,

bandung, 2013-2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun