Adapun jumlah kerugian yang paling besar adalah pada sektor kerugian bahan bakar yang bisa menghabiskan hingga Rp. 10,7 triliun per tahun. Kerugian bahan bakar ini dilihat dari banyaknya BBM yang terbuang karena kendaraan terjebak kemacetan. Sedangkan jumlah kerugian terbesar kedua adalah kerugian waktu produktif warga negara yang diperkirakan mencapai Rp. 9,7 triliun per tahun. Akan tetapi, yang paling dicemaskan adalah kerugian di sektor kesehatan yaitu sebanyak Rp. 5,8 triliun per tahun. Kerugian kesehatan antara lain karena stres atau faktor polutan asap yang keluar saat kemacetan dan terhirup oleh warga ibukota lainnya yang sedang melintas. Sedangkan kerugian yang diderita pemilik angkutan umum bisa mencapai Rp. 1,9 triliun per tahun karena berkurangnya jumlah rit yang bisa ditempuh angkutan umum akibat macet. Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menilai masalah kemacetan di Ibukota Jakarta idealnya diselesaikan dengan memperbaiki layanan transportasi umum termasuk menambah jumlah armada Transjakarta. Menurut Djoko, permasalahan kemacetan di Jakarta tidak hanya bisa diselesaikan melalui pembangunan ruas jalan baru. Sebab, penambahan ruas jalan justru akan membuat masyarakat tertarik untuk membeli kendaraan bermotor.
KEMBALI KE ARTIKEL