Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Tentang Anu

5 Maret 2014   04:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 49 0
I

Dengar,
dengarkan aku sekali ini saja!
Pastikan aku kau punya telinga

Ini tentang kau
Yang kemarin sore
menjejak rumputrumput hijau
Di halaman rumahku
Kau boleh saja murka
Tapi
jangan injak rumput malangku!

Wahai, dengarkan aku kali ini saja
Ini tentang kau
Yang mengirimiku
Sekantung mawar busuk
duri-duri sempurna menusuk
Kau boleh saja meradang
Tapi
tidak dengan melukai bebungaku!

Duhai, dengarkan aku sekali... saja
Ini tentang kau
Yang melempari atap rumahku
Dengan telur busuk dan terigu

Kau, bebas saja memaki
Tapi jangan sia-siakan bahan panganku
Miskinlah kini aku

Ini tentang anu
yang kau sebut berulang-ulang
Ini tentang anu
yang pada suatu ketika
kau teriaki sepenuh suara

Saban hari di tengah terik
Saban hari rela diguyur hujan
Ini tentang ANU!

Yang hanya kau
Hanya kau yang fasih tahu

Kau boleh saja menyebut ini neraka
Tapi jangan biarkan
neraka mengejarmu jua...

II
Kami tak kenal ibu kami,

Mula terlahir
Menyeksamai wajah-wajah
Kami tertawa
tralala-llili
mengurai airmata tanpa sesat

Tengah bertumbuh
mengayomi masing-masing pribadi
Kami terpaksa wara-wiri
Berlari dari satu ke satu dan satu lagi

Kala mengerti
Betapa jejak lahir kami
Bahkan tak bisa dibaui

Kami tak kenal ibu kami
Yang datang di akhir hari
membawa segudang prestasi
membuka luka lama
Perih tak terperi

Kami tak bertanya kemana saja?
Denyar bola mata mengisyaratkan

sepenuh hati meminta jawaban
Atas prahara di akhir hari
Saat kami baru benar-benar mengerti
Kami tak kenal ibu kami

III

Ayat-ayat peradaban

Di sini
Kami dicekoki
Semacam intuisi
Lewat sebait puisi
Lara pun terobati

Di sini
Kami disuapi
Semangkuk jampi-jampi
Menggeletarkan ruang-ruang hampa dalam diri

Di sini
Kami disuguhi
Senarai kesenjangan
di balik jubah hitam
melenakan

Dan di sini
Kami sudah kenyang diceramahi
Ayat-ayat peradaban

Arra_

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun