[caption id="" align="aligncenter" width="673" caption="Dian Pelangi – (photo: liputan6)"][/caption] Mengenai fenomenajilboobs, pengamat mode dan gaya hidup Sony Muchlison menegaskan hal itu terjadi karena belum adanya regulasi ketat untuk para perancang kita khususnya perancang busana muslim. “Sehingga kalau mau dikatakan jilboobs kini menjadi ramai, itu lebih pada soal pemaknaan saja,” kata Sony seperti dilansir
Tempo, Sabtu, 9/8/2014.
Sony mengatakan di Indonesia belum ada regulasi ketat yang mengatur karya para perancang, termasuk perancang busana muslim. “Para perancang berjalan dengan tafsirnya sendiri-sendiri. Dan sering menganggap kalau karya mereka yang bagus adalah ketika mereka merancang busana muslim dengan gaya bertumpuk, berlapis-lapis, tidak bersiluet, dan gaya gombrang yang dianggap sangat representatif,” kata Sony Muchlison. Sementara itu menurut desaigner busana muslimah Dian Pelangi, jilboobs itu hanya persoalan masa transisi bagi seorang muslimah yang baru memulai mengenakan Jilbab. Dian memaklumi fenomena ini. “Menurut aku semua ada prosesnya. Anak SD nggak langsung SMA, kita harus menghargai proses itu,” ucap Dian saat di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Selasa, 12/8/2014. Lebih lanjut dian mengatakan bahwa muslimah yang memakai baju ketat meski telah berjilbab, akan ada saatnya mereka tersadar untuk memperbaiki diri sesuai anjuran agama. “Buat mereka yang baru menggunakan (hijab), masa transisi kan ada. Ada yang berproses juga di situ, kita para hijabers yang harusnya merangkul mereka,” papar dia. Senada dengan Dian, Fathin Shidqia Lubis melihat fenomena jilboobs sebagai bagian dari proses muslima untuk menutup auratnya. “Ambil positifnya aja kalau aku sih, karena mereka udah pakai jilbab. Aku nilainya udah 50 persen lah mereka menutup aurat,” ungkap Fatin di Jakarta, Rabu, 13/8/2014. (tempo/liputan6/jpnn) Sumber:
Ini Kata Desainer dan Artis Soal Fenomena Jilboobs
KEMBALI KE ARTIKEL