MUSIM SEMI, tahun 1998. Hembusan angin di subuh hari, menampar-nampar wajah dua anak lelaki pinggiran pantai. Angin laut menggoncangkan dedaun keutapang1. Ilalang pantai bergoyang tak karuan – bernyanyi mendendangkan indahnya para gemintang yang akan segera padam. Dua anak lelaki itu adalah aku dan Bardan. Setiap pagi setelah shalat subuh, kami dan beberapa anak-anak pedalaman pesisir utara Aceh, mencari uang dari hasil kerja sebagai penarik pukat2 di bibir pantai Kuala Radja. Begitulah hidup kami, anak-anak pesisir utara.