Ikhtiar Pengharapan
Hanya dalam hitungan pekan, pesawat “Endeavor” (baca : Ikhtiar) RI 2014-2019 akan “take-off” dengan Presiden Joko Widodo bertindak sebagai “Captain Pilot In-Command”, dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai “Co-Pilot”. Para awak kabin (baca : Anggota Kabinet) sedang menjalani proses seleksi komprehensif di Rumah Transisi untuk mendapatkan mereka yang terampil, tangguh dan tanggap dalam pelayanan sepenuh hati kepada segenap penumpang yaitu rakyat Indonesia.
Tulisan Omne Trinum Perfectum – 3 Par ini niatnya memberikan buah pemikiran pada duo JKW-JK saat akan mengarungi Ikhtiar RI 2014-2019 sebagai pemegang amanat dari rakyat Indonesia.
Omne Trinum Perfectum : Jalin Lengkap, Padu, Sempurna
Omne Trinum Perfectum (OTP) adalah istilah dari bahasa Latin yang terjemahan sederhananya bermakna segala sesuatu yang datang dalam “tri” (tiga) adalah sempurna.
Dalam beberapa pekan terakhir, bergaung istilah Trisakti (3-sakti) yang diambil dari pidato Bung Karno pada 1963, antara lain berbunyi : Berdaulat dibidang politik, Berdikari dibidang ekonomi dan Berkepribadian dalam kebudayaan. Agak mirip dengan 3-sakti, dalam tradisi budaya Batak, dikenal falsafah Dalihan Na Tolu (Tungku Berkaki Tiga) yang bermakna saling padu mendukung, melengkapi, dan menyempurnakan.
Ide penyebutan Kabinet Trisakti selayaknya didasarkan sebagai landasan untuk menjalin kerjasama yang padu dalam kepelbagaiannya dan saling melengkapi untuk mencapai kesempurnaan karya dan karsa pemerintahan JKW-JK dalam masa 2014-2019.
Sekilas Tentang Paradigma, Paradoks, Pareto
Paradigma dapat dimaknai sebagai suatu cara pandang dan pola pikir atas suatu hal. Sebagai contoh dalam hal energi, paradigma dalam benak sebagian besar rakyat adalah bahwa Indonesia memiliki energi dan sumber daya alam yang berlimpah sebagai anugerah Sang Pencipta. Dengan kelimpahan tersebut, sangat tidak mungkin Indonesia mengalami krisis energi. Kisah BBM (Bahan Bakar Minyak) dengan bumbu subsidi serta BBM harus impor untuk memenuhi kebutuhan memberikan pelajaran berharga atas kelalaian dan keterbuaian pada pola pikir energi yang berlimpah. Alam nan subur dan makmur bak Kolam Susu yang dilantunkan Koes Plus, seakan mengatakan Indonesia memiliki alam yang akan memberikan pangan bagi seluruh rakyatnya. Pada kenyataannya, Indonesia mengalami kondisi rawan pangan sehingga perlu melakukan impor dari negeri seberang.