Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung Pilihan

Nasihat Rindu (4)

5 Desember 2023   19:26 Diperbarui: 7 Desember 2023   11:20 118 8
"Puan; senja saja mengerti arti kerinduan. Ketika malam tiba, ia mewarnai malamku besama bulan bintang tuk menjumpai fajar pagi.

Tidak dengan hadirmu. Cintamu bagaikan fajar pagi saat sinar mentari mulai membara menuju siang, kau berkompromi dengan mendung...."

****

Kabut pagi masih bertengger di udara, jalan raya mulai ramai dengan roda dua dan roda empat lalu lalang depan POLDA. Isak sendiri sedang membersihkan sampah yang bertebaran di sekitar halaman kantor tersebut.

"Selamat pagi bu polwan," sapa Isak ketika Mira sampai di gerbang POLDA.

"Pagi juga."

"Sebentar malam bu polwan ada waktu tidak?" Celetuk Isak menghentikan langkah Mira.

"Memangnya kenapa?

"Saya hanya ingin ajak bu polwan makan malam." Canggung Isak berkata demikian.

"Kamu punya uang berapa, hah?! Main ajak-ajak makan malam segala," gurau Mira ragu.

"Tidak punya, mangkanya ajak bu polwan supaya traktir saya," canda Isak.

Tawa Mira lepas.

"Ada ada saja kamu. Memangnya mau ajak saya makan malam di mana. Hah?!"

"Ada. Nanti saya WA sama bu polwan."

"Mau WA saya? Bagaimana bisa, nomor saya saja tidak ada di kamu!"

"Justru itu sekalian saya minta nomornya bu polwan, kan beres."

"Ah kamu ini."

****

Malam itu Isak dan Mira telah sepakat untuk makan malam di sebuah warung sederhana di pinggir jalan yang tidak jauh dari tempat tugas Mira.

"Bagaimana menurut bu polwan ketika laki-laki mengajak kencang dengan seorang wanita di tempat seperti ini?" Tanya Isak saat mereka sedang menunggu makanan yang telah dipesan Isak.

"Menurutku tidak masalah, lelaki itu menunjukkan kepada seorang wanita yang dicintainya dengan sebuah kesederhanaannya--jujur." Tutur Mira dengan santai.

"Tapi, apa masih ada wanita yang seperti itu?"

"Ada lah, nih salah satu orang yang ada di depan mu." Mira menunjuk dirinya sambil menebar senyum tulus.

Saat itu Isak sangat bahagia dan tak menyangka wanita sekelas Mira bisa jatuh cinta dengannya tanpa memandang status seorang pria yang bekerja sebagai cleaning service di kantor tempat Ia bekerja.

Selama ini wanita yang Ia kenal sangat berbeda jauh dengan Mira. Karena dulu, Isak memiliki pekerjaan saja, mereka (wanita) masih memandang sebelah mata. Dengan memiliki pekerjaan sekarang apalagi.

Padahal Mira sendiri lahir dari keluarga yang cukup mampu. Mungkin, Mira sudah terlatih sejak remaja seorang wanita pekerja keras--mandiri. Sehingga Mira tidak memandang pria dari status pekerjaan. Sebab, menurutnya, semua manusia sama.

Mapan dan tidaknya seorang pria dibutuhkan proses melalui perjuangan yang panjang untuk mencapai segala sesuatu membutuhkan waktu, kerja keras, dan tentu saja orang-orang sekitarnya memberikan support agar dapat tercapai cita-cita.

Ketika hubungan mereka berjalan sudah setahun. Karena Isak tidak ingin hidup di zona ini sehingga Ia bertekad pergi ke Kota Jakarta mencari pekerjaan yang layak.

Isak juga tidak mau dan tidak ingin saat mereka melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan biaya ditanggung Mira seorang diri--bergantung hidup kepada Mira. Di mana tanggung jawabku sebagai kepala rumah tangga bagi Mira dan anak-anakku nanti?

Karena itu yang selalu berseliweran di hati dan pikiran Isak sehingga tekad Isak sudah bulat--mendapatkan pekerjaan yang layak.

****

"Mir, saya tidak bisa terus menerus seperti ini. Saya harus mencari pekerjaan, tidak lama lagi kita akan segera menikah." Ucap Isak saat mereka duduk makan di warung yang sama--pertama kali mengajak Mira makan malam. Isak berharap Mira menyetujui keinginannya itu.

"Saya tidak keberatan kalau itu memang jalan terbaik untuk kita berdua. Tapi, saya juga mau katakan sesuatu. Saya harap ini tidak menjadi penghalang hubungan kita nanti." Cemberut wajah Mira.

"Memangnya kenapa Mir? Ada apa?" Saking penasarannya.

"Mulai besok, saya pindah tugas di Kalimantan. Dan saya berharap juga, walau kita pergi dengan arah yang berbeda, hubungan ini tetap kita pertahankan sampai Tuhan menyatukan kita di bawah altar kudus--menikah. Sebenarnya pindah tugas ini saya sudah tahu dari dua minggu lalu tapi saya baru katakan sekarang, maaf saya baru memberitahumu." Mira sambil memohon.

"Tidak mengapa itu adalah tugas mu. Saya juga tidak mempunyai kuasa. Kalau pun saya tidak mengizinkan, kita tetap terpisah bukan?"

****

Hari ini adalah hari keberangkatan Mira. Karena Mira tidak tega dengan Isak sehingga jam keberangkatan Mira tidak diketahui oleh Isak.

"Pak Komendan Mira dan yang lainnya pada mau berangkat jam berapa," saat Isak tiba di kantor Mira.

"Mira tidak memberitahumu? Mira dan personel lainnya sudah berangkat setengah jam yang lalu." Ucapnya dengan rasa empati. "Ya sudah, terima kasih Pak Komendan." Lalu Isak pergi meninggalkan Pak Irwan.


Setibanya di Bandara Sam Ratulangi, Isak langsung menghampiri petugas pintu masuk.

"Permisi Pak, pesawat rute Manado Samarinda sudah berangkat apa belum?" Tanya Isak dengan tergopoh-gopoh.

"Maaf pak, pesawat tersebut sudah berangkat setengah jam yang lalu."

Isak seketika terdiam.

"Oh iya, kalau boleh tahu, dengan bapa siapa saya berbicara?" Petugas bertanya balik seraya mengingat sesuatu.

"Isak, pak."

****

Setelah menerima selembar kertas dari petugas tersebut, Isak terlihat cemberut sambil menatap kertas itu:

"Walau awan menutupi mentari
Dan mendatangkan hujan
Mentari akan bersinar lagi
Seusai hujan

Mentari jauh di atas langit
Namun dekat di mata batinku
Walau aku dan kau terpisah jauh
Kalau takdir kita kan bertemu"


Bersambung....

Weda, 05 Desember 2023
Arnol Goleo [21:18]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun