"Lang tersinggung dengan ucapan Yuda di sekolah" jawab Ela.
"Oh.. itu?! Ya sudah ganti baju sana, habis itu ajak Lang makan siang ya" Pina membujuk Ela.
"Baik bu!"
***
Sore ini Ela dan Lang sedang mengerjakan PR di ruang tamu untuk dibawa besok. Sedangkan Mik dan Pina duduk di samping menemani kedua anak kembar mereka yang lagi mengerjakan PRnya. Tidak seperti biasanya ruang tamu dipenuhi canda tawa. Kini, sepi sekali.
"Yah kapan aku bisa dibeliin motor?" Lang mulai membuka percakapan di tengah kesunyian.
"Hmmm... secepatnya" jawab Mik singkat sambil melirik Pina, istrinya, yang sedang duduk di sebelah Ela.
"Iya, tapi kapan? Aku malu sama teman-teman di sekolah. Katanya, Elang kok jalan kaki? Jangan lupa terbang." kata Lang kepada orangtuanya. Sebab kata cemooh itulah yang sering ditorehkan kepadanya.
Mik dan Pina terdiam. Karena itu Lang kesal dan berhenti mengerjakan PR-nya, tapi tidak dengan Ela, ia tetap melanjutkan.
"Jangan lupa handphoneku juga," sontak Ela. "Iya. Ela dan Lang bersabar saja, yah" Pina berusaha meyakinkan mereka.
"Elang!" sapa lembut Pina kepada kedua anak kembarnya.
"Elang?! suara Lang meninggi. "Bu, aku gak suka lagi di panggil Elang. Nama itu pembawa malapetaka," tiba-tiba Galang menghardik ibunya.
"Prakk!" Ayahnya Galang menampar pipinya. "Jaga ucapanmu itu!" kata Mik. "Kamu keterlaluan mengatakan itu pada ibumu."
Karena Mik sangat menyayangi Pina semasa pacaran sampai mereka menikah hingga Ela dan Lang. Dan sampai hari ini, kedua telapak tangan Mik tidak pernah menyentuh sedikitpun di pipi Pina.
Namun ucapan Galang yang membentak ibunya itu membuat Mik murka dan tak mampu lagi membendung gejolak dalam hatinya sehingga menampar pipi Galang. Dan ini kali pertama tangan Mik menyentuh pipi anak kesayangannya itu.
"Mikkk!" teriak Pina lalu berdiri menahan tangan Mik ketika kali kedua ingin menampar Galang.
"Sudah. Cukup! Anak kita gak salah, aku yang salah," kata Pina lalu menghindarkan tangan Mik dari wajah Galang. "Gak gitu juga cara didik anak, gak baik dengan kekerasan."
Karena Pina sangat menyayangi kedua anak kembarnya sehingga berbalik memarahi suaminya.
"Duarrr!" suara Lang membanting pintu kamarnya.
"Kamu tuh yah. Kalau gak bisa beliin motor, bilang saja! Apa susahnya sih?" Lagi Pina menghardik kepada Mik, suaminya itu.
"Ini semua gara-gara kamu!"
"Kok jadi aku yang disalahin?"
"Iya, kamu sering manjakan anak kita. Jadi begini kelakuannya."
"Hah..?! Bukannya kamu sendiri yang ingin anak kita laki-laki? Lihat sekarang kelakuan anak laki-lakimu."
Pina tak mau mengalah dan tak terima dengan ucapan Mik yang seolah-olah itu semua kesalahan istrinya. Begitu juga dengan Mik, tidak mau disalahin. Sejak kejadian itu keluarganya berantakan, hancur lebur.
***
Hari ini Ela dan Lang sudah siap-siap berangkat ke sekolah. Namun Lang lebih dulu pergi, tanpa sarapan pagi, pamit apalagi kepada kedua orangtuannya.
Tetapi Ela tidak, ia tetap pamit kepada kedua orangtua karena baginya sebagai anak patut meminta restu dari kedua orangtua bagaimanapun kondisi keluarga.
"Bu, ayah, Ela berangkat dulu" seraya Ela mencium kedua tangan orangtuanya secara bergantian. "Iya. Hati-hati di jalan yah!"
"Pagi burung Elang." Lagi-lagi cemooh Yuda mengiris hati Lang ketika bertemu di gerbang sekolah. "Mau ke mana? Kenapa dengan wajahmu. Lelah yah habis jalan kaki?
Ketika Elang mau masuk dan menghindar cemooh dari Yuda juga teman-temannya. Namun Yuda bersikeras menghalangi jalan Lang.
"Anak-anak mau masuk tidak? Kalau tidak, Pak mau tutup pagar gerbang ini." Kata sekuriti ketika melihat Lang dikerumunin Yuda bersama teman-temannya.
"Baik pak." Sahut Yuda. "Kali ini kamu beruntung!" kata Yuda sedikit berbisik pada Lang lalu pergi bersama keempat teman gengnya.
Yuda adalah satu-satunya siswa yang keras kepala, susah diatur di sekolah. Sampai-sampai Yuda dijuluki sebagai 'preman' di sekolah.
Yuda adalah senior Lang, ia seangkatan dengan teman-teman gengnya itu. Lang sebagai junior tidak bisa apa-apa, juga latarbleakang ekonomi keluarga jauh dibandingkan dengan orangtua Lang. Dan itu fakta.
"Terima kasih Pak Erik. Kalau bukan Pak Erik tadi mungkin aku sudah digebukin sama Yuda dan gengnya. "ya sama-sama."
"Ela mana? Tidak masuk yah?" tanya Pak Erik karena melihat Lang sendirian. Biasanya mereka merangkat sama-sama. "Saya duluan berangkat, sebentar Ela nyusul" jawab Lang. "Oh.. ya sudah masuk sana."
"Kamu dapat uang dari mana Mik?" Pina terkejut saat melihat motor CBR terparkir di depan rumah. "Aku tidak tahu lagi mau cari uang dari mana, jadi tanah 1 hektar telah kujual ke Pak Andi. Tidak apa-apa kan Na?"
"Iya, mau bagaimana lagi tinggal itu yang kita punya." Pina tak bisa lagi menahan lahan yang biasa digarap dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga dan biaya pendidikan kedua anak mereka. "Terus punya Ela mana?"
"Simpan ini." Mik memberikan kantong plastik yang berisikan satu buah handphone milik Ela kepada Pina.
***