Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Satu Mata Mendunia

29 Juni 2023   11:57 Diperbarui: 29 Juni 2023   12:01 117 4
Reki tidak seperti anak lain yang memiliki tubuh utuh. Reki sejak lahir memiliki satu mata. Mungkin karena kekurangan gizi saat masih dalam kandungan ibunya sebab ia lahir dari keluarga sederhana.

Sebagian orangtua pasti tidak terima dengan kehadiran buah hati mereka yang cacat salah satu anggota tubuhnya. Tapi ayah dan ibu Reki sebaliknya, menyambut kehadiran Reki dengan bahagia.

Saat Reki memasuki usia lima tahun, ia didaftakan ke sekolah TK Harapan Baru Bailengit. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Reki lulus dari TK dan masuk di Sekolah Dasar Negeri di kampungnya, Bailengit.

Ketika masuk di Sekolah Dasar Negeri Bailengit, teman-temannya menerima dengan baik sehingga ia bisa menyelesaikan pendidikan dan mendapat ijazah SD.

Kini Reki didaftarkan kembali ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun kali ini berbeda suasana, Reki sering dibuli teman sekelasnya sehingga rasa percaya dirinya mulai menurun.

Karena tidak nyaman Reki keluar dari sekolah tersebut. Dan memilih belajar di rumah bersama kedua orangtuanya.

Namun orangtua Reki tidak memiliki pendidikan yang cukup sehingga mereka berusaha mencari sekolah baru agar ia bisa mendapat pendidikan yang layak seperti yang lainnya, tapi sekolah yang lain pun sama, tidak menerima Reki. Jadi mau tidak mau Reki harus belajar mandiri di rumah.

***

Suatu ketika, di kampungnya didirikan sebuah komunitas belajar. Pendiri komunitas tersebut adalah mahasiswa dan sebagian sudah selesai atau sarjana.

"Om, tante. Kalau bisa anak om dan tante ikutkan Reki ke komunitas kami untuk belajar bersama anak-anak lain" kata Berti salah satu pendiri kominitas Bailengit Jaya (BAJAY) itu.

Tentu kedua orangtuanya menerima tawaran Berti dengan senang hati.

Besoknya, Reki langsung bergabung di komunitas tersebut dengan beberapa anak lainnya. Karena komunitas mereka masih baru, disana hanya 10 orang.

Berti dan teman-temannya sangat antusias memberikan pengajaran kepada mereka dengan sukarela karena bagi mereka itu sudah kewajiban menerapkan Tri Darma Perguruan Tinggi dan UUD untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Kaka mau tanya; apa cita-cita kalian ke depan?" tanya Engki kepada mereka seusai mereka memberikan materi Bahasa Indonesia di bawah pohon mangga sore itu.

"Saya mau jadi dokter." yang lainnya menjawab, "saya mau jadi guru." dan seterusnya. Reki diam saja saat yang lainnya bergantian mengucapkan cita-cita mereka.

"Kalau Reki, apa cita-citanya?" tanya Berti dengan lembut padanya.

"Apa bisa komunitas BAJAY mewujudkan cita-cita kami?" tanya Reki balik. Karena setahunya menjadi dokter adalah mereka yang mengeyam pedidikan tinggi atau formal.

Mereka semua diam saat Reki mengajukan pertanyaan tersebut.

"Pertanyaan yang bagus." Ketua komunitas  BAJAY menjawab.

[Komunitas BAJAY memang tidak seperti sekolah-sekolah negeri atau swasta. Tapi komunitas ini kurang lebih sama. Kalian akan mendapatkan pendidikan juga bisa mewujudkan impian.

Memang, menjadi dokter dan memiliki gelar itu tidak mungkin sebab komunitas BAJAY berbeda dengan sekolah formal. Tetapi menjadi guru, menjadi pengusaha sukses, dan menjadi penulis hebat bisa. Asalkan kalian belajar dengan sungguh-sungguh]. Tutur Melek.

***

Kini usia Reki memasuki 17 tahun Reki membuat sebuah blog pribadinya dan mulai menulis memberanikan diri menuangkan ide berupa opini publik, puisi dan diary.

Dua tahun kemudian blog yang Reki buat banyak peminat.

"Reki, kamu tahu tidak blog bisa menghasilkan cuan?" tanya Berti. "Tidak," jawab Reki singkat saat mereka berdua sedang ngopi di sekretariat komunitas Bailengit Jaya.

"Nanti saya ajarkan caranya" lanjutnya.

Beberapa bulan kemudian blog Reki berkolaborasi dengan blognya Berti sehingga mereka kelola bersama-sama.

Blog Reki sebelumnya dengan nama Impian Reki kemudian diganti namanya dan mereka berdua sepakat menamakan  blog mereka, Inspirasi Mata.

[Bersambung]

Bailengit, 27 Juni 2023
Arnol Goleo [13:11]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun