Saya dan ketiga kerabat yaitu Roni Ritonga Manembu, Abdon Gunarto Tolabit dan Novita Irmawati Taya sebagai peserta yang mewakili dari kerabat Antropologi Universitas Sam Ratulangi Manado.
Satu minggu sebelum berangkat kami berempat telah membeli tiket pesawat. Konon, biar agak murah tiketnya. Hehehe..
Kami memilih penerbangan Lion Air dan ini kali pertama saya naik pesawat selama hidup, namun tidak tahu dengan ketiga temanku apakah mereka juga baru pertama kali naik pesawat.
Karena sejak awal (satu minggu sebelumnya) sudah membeli tiketnya sehingga kami mendapat tiket dengan harga 900-an sekian.
Kami pun berangkat dari Bandar Udara Sam Ratulangi dan tiba di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Lama perjalanan sekitar 2 jam lebih di atas udara karena sebelumnya transit di Bandar Udara Hasanuddin, Makasar.
Sampainya di Bandara I Gusti Ngurah Rai, kami dijemput salah satu panitia yang ditugaskan (panitia bagian akomodasi dan transportasi) sehingga kami mudah dan tidak perlu bingung serta repot-repot mencari taksi.
Kebetulan yang menjemput kami itu berdarah Minahasa (Manado) jadi soal komunikasi kami tidak canggung, berkomunikasi pun seperti halnya di Manado.
Saat itu bukan hanya kami berempat tetapi ada beberapa kerabat lain dari Universitas Tadulako, Kendari.
Dari Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, kami langsung menuju Hotel atau penginapan yang telah disediakan panitia. Sebab sebelumnya kami telah mendaftar. Jadi semua memang sudah disiapkan dengan baik oleh panitia Pra-sarasehan.
Singkat cerita, besoknya dimulai kegiatan tersebut. Pembukaan diawali dengan seminar. Setelah selesai penyampaian materi kami diberikan kesempatan untuk bertanya.
Tiga peserta/mahasiswa (penanya) mulai menggelontorkan pertanyaan. Salah satunya peserta mewakili dari Tadulako yang satunya lagi dari tuan rumah (kerabat dari Udayana sendiri) dan saya mewakili dari Univ. Sam Ratulangi.
Seusai menjawab pertanyaan kami, kami bertiga masing-masing diberikan tiga buku plus foto bareng bersama narasumber.
Seusai seminar, besoknya, kami langsung pindah lokasi lain yaitu di Desa Candikuning Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Pagi-pagi benar 4 bus sudah terparkir rapi di depan hotel dan cukup mewah sebab bus tersebut adalah bus pariwisata, ternyata persiapan panitia sungguh luar biasa.
Tiba di lokasi kedua dan tinggal di salah satu asrama bertingkat dua dan dua aula sebagai tempat untuk dipakai ketika ada pertemuan singkat sebelum dilakukan sebuah kegiatan.
Oh iya, yang menghadiri Pra-sarasehan Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia waktu itu sekitar 14 universitas di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke-dari Pulau Rote sampai Miangas.
Selama beberapa hari di Desa Candikuning, kami melakukan riset mini yang telah dibagi oleh panitia dalam bentuk kelompok.
Tujuan dari riset mini adalah melatih setiap siswa untuk terjun lapangan. Selain itu, mengetahui destinasi wisata yang ada di Candikuning.
Sepengetahuan saya bahwa, tempat wisata itu seperti pantai, danau, gunung atau bukit. Ternyata kebun Hortikultura bisa diangkat sebagai destinasi wisata dan menjadi daya tarik tersendiri juga.
Selain itu, mengait para wisatawan tidak hanya dengan objek atau destinasi wisata alam tetapi wisata budaya juga menarik.
Setelah kami amati atau terjun langsung di lapangan terutama saya, banyak wisatawan dari mancanegara datang ke Desa Candikuning karena beragam macam tempat wisata yang menarik dan unik.
Karena di Desa Candikuning ada beberapa destinasi wisata yang menjadi daya tarik atau bisa dikunjungi antara lain: Kebun Raya Bedugul, Pasar Tradisional Bedugul, dan Pura Ulun Danu Beratan Bedugul di sekitar Candikuning.
Dari Candikuning kami mengunjungi Tanah Lot dan Museum Subak. Setelah itu, kami langsung kembali ke hotel, penginapan pertama kami. Dan pada besoknya semua delegasi pulang ke kota, tempat mengenyam pendidikan.
Weda, 09 Juni 2023
Arnol Goleo [17:37]