"Hai! Saya Meisya, pacar Ary" kata Meisya sambil tersenyum.
"Lucy." Balas Lucy singkat.
"Cantik banget pacar kamu Ary" lanjut Lucy
"Ah, kamu bisa aja!" kata Meisya.
[Saat saya merantau di Kalimantan setahun tidak mendapat pekerjaan. Dan saya tidak memiliki satupun teman di sana. Apalagi keluarga. Waktu itu, saya tertidur di sebuah gang. Badanku kurus dan hampir mati kelaparan. Sebab sudah tiga hari tidak makan.
Subuh sekitar jam 6, Lucy membangunkan saya dan memberiku sebungkus nasi plus lauk. Setelah itu menyewa sebuah kost selama beberapa bulan. Karena tidak mendapat pekerjaan, saya ke Jakarta. Tiket kapal pun dibelikan oleh Lucy. Mungkin kalau bukan Lucy, aku sudah mati kelaparan]. Kata Ary kepada Meisya.
"Ah, itu hanya kebetulan saja" kata Lucy.
"Tidak, Lucy. Semua itu sudah kehendak Tuhan. Dan kita berkumpul malam ini bukan sebuah kebetulan juga," jawab Ary.
Bagi Ary, Lucy tak pernah ia lupa atas jasanya. Karena jasa Lucy, Ary bisa di kenal dan mengubah hidupnya hingga sukses menjadi novelis juga waktu di Kalimantan itu.
"Oke! Mumpung beberapa hari ke depan kita tidak ada kegiatan. Bagaimana kalau besok kita berlibur ke Bali?" lanjutnya.
"Setuju!" jawab Pak Luki.
"Pak Luki kalau soal begini cepat sekali jawabnya," canda Ary.
[Hahahaha...] kami tertawa lepas.
"Let's Go!"
***
Di Bali kami tinggal di Maharani Beach Hotel. Jam 8 pagi kami jalan-jalan mengelilingi Kota Denpasar. Sore hari kami tidak langsung pulang ke hotel tapi langsung menuju pantai Kuta.
"Saya lapar. Bagaimana kalau kita makan dulu. Setelah itu kita mandi di pantai" kata Ary saat mobil kami sampai di depan Made's Warung.
"Iya, saya juga lapar," jawabku sambil memegang perutku.
"Katanya Made's Warung cukup terkenal. Bahkan dikenal sampai di Amsterdam, Belanda" lanjut Ary.
Seusai makan di Made's Warung, Ary dan Meisya langsung beranjak pergi duluan ke pantai Kuta. Begitu juga dengan Pak Arman dan Pak Luki mengikuti.
Aku dan Lucy masih di Made's Warung.
"Lucy!"
"Hmm, kenapa?" sahut Lucy sambil menatapku tajam.
"Setelah kita balik ke Jakarta, mau tidak ikut saya ke kampung?" kataku pada Lucy.
"Buat apa?" jawabnya.
"Aku mau kenalkan sama kedua orangtuaku" lanjut ku.
"Boleh!" jawab Lucy ragu.
"Hai sayang." Tiba-tiba seorang lelaki mudah memakai jas hitam kecoklatan menyapa Lucy.
Selain tampan, lelaki itu mapan dilihat dari penampilannya. Tentu jauh beda denganku.
"Ternyata kamu di sini sayang" kata lelaki itu.
"Kenalkan, saya Tomy, pacar Lucy" dengan percaya diri dia mengatakan itu di depan kami berdua.
"Leo." Jawabku singkat
"Oh iya Lucy aku duluan" aku langsung beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
"Leo.. Leo, mau ke mana?" Lucy berusaha mencegah langkahku. Namun aku pergi tanpa menoleh sedikitpun.
***
"Leo dan Lucy di mana, kok belum datang juga" tanya Meisya pada Ary sambil menikmati ombak pantai Kuta.
"Sebentar lagi paling mereka ke sini" jawab Ary.
"Lucy. Leo mana?" tanya Ary saat Lucy datang.
"Bukannya tadi Leo ke sini?" sahut Lucy seakan tidak terjadi apa-apa di warung tadi.
"Kalian berdua baik-baik saja kan?" tanya Meisya karena ragu.
"Iya. Kami baik-baik" jawab Lucy berusaha meyakinkan Meisya.
"Ary coba telepon Leo" Meisya panik terjadi sesuatu padaku.
"[Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi].. Tidak aktif sayang" kata Ary.
"Ya sudah kita balik ke hotel saja. Siapa tahu Leo sudah balik ke Hotel" lanjut Ary.
"Ayo, tunggu apalagi" Meisya menyahut.
Akhirnya mereka balik ke hotel. Setelah sampai di hotel, aku tidak ada di hotel.
"Pak Ary.. Pak, Leo" Pak Luki berlari menuju kamar Ary dengan sepotong kertas.
[Maaf Ary.. Aku tidak sempat pamit pulang kampung. Ibuku sedang sakit jadi aku buru-buru. Sampai jumpa. Salam! Leo]
Bersambung ...
Weda, 03 Juni 2023
Arnol Goleo [21:44]