Aku duduk di sofa. Rasanya sepi dan sedih karena sebentar lagi aku akan meninggalkan rumah ini. Rumah yang penuh dengan kenangan manis. Tetapi, kenangan itu berakhir dengan luka.
Karena lama menunggu Ary, aku tertidur di atas sofa ini.
"Piiittttt.."
Suara klakson mobil terdengar di telingaku. Aku pikir itu hanya mimpi makanya aku tidak menghiraukannya. Dan melanjutkan tidurku.
Tetapi suara itu terus mengiang di telingaku. Perlahan aku membuka mata. Dan aku makin jelas mendengar suara itu, suara klakson mobil di depan rumah Ary.
"Siapa sih?!" aku kesal karena suara itu menganggu tidurku.
Duaarrrr ...
Pintu depan rumah Ary berbunyi karena ada seseorang menendang dari luar. Rasa ngantuk ku pun hilang.
"Astaga..." aku menepuk jidat. Dengan cepat menghampiri pintu dan membukanya.
"Lama sekali membuka pintunya, sampai-sampai bell rumahku rusak. Kamu pikir ini rumahmu, hah?!" kata Ary saat buka pintunya.
Aku hanya diam dan menundukkan kepala. Sakit sekali hati ini saat mendengar ucapan sahabatku itu.
"Sialan! Cepat ambil barang-barang mu dan pergi dari sini" lanjutnya.
Ary sangat marah karena dari tadi ia menekan tombol bell rumah tapi aku tidak mendengarnya. Sebab aku ketiduran di sofa.
Aku sangat malu saat Ary memarahiku. Sebab Ary tidak datang sendiri, tapi bersama pacar Ary, Pak Luki, Pak Arman, pemilik (TBA).
Aku tidak menyangka Ary sekejam ini padaku. Dan baru kali ini Ary marah padaku. Selama ini Ary yang ku anggap sebagai teman baikku, ternyata aku salah.
Aku tidak berkata apapun langsung ambil barang-barang ku yang ku letakkan di samping sofa, tempat aku tertidur tadi.
Aku baru saja memegang tas juga satu dus. Tiba-tiba mati lampu. Dan aku mengeluarkan ponselku dari dalam saku celana.
Tapi sebelum ku pencet tombol power, layar ponselku hidup sendiri. Ternyata, sebuah chat WhatsApp masuk.
[Selamat ulang tahun, Leo. Maaf aku hanya mengucapkan ini lewat WhatsApp dan aku tidak memberikan hadiah untukmu. Sehat selalu, juga sekeluarga di kampung. Salam rindu dari Lucy].
***
[Happy Birthday To You ... Happy Birthday To You ... Happy Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday Leo!]
Suara itu tepat di belakang ku. Aku membalikan badanku dan menangis. Terharu. Sebab yang mengucapkan selamat ulang tahun itu adalah Ary, Pak Arman, Pak Luki dan Meisya (pacar Ary) yang memegang kue ulang tahun. Dan di atas kue ada lilin angka 26.
"Maafkan saya Leo atas ucapanku tadi. Itu hanya akting," kata yang tulus keluar dari mulut Ary setelah aku berdiri tepat di depan kue ulang tahun yang ada digenggam Meisya.
[Air mataku terus berlinang di depan mereka].
"Ayo tiup lilinnya," kata Meisya pacar Ary yang cantik itu padaku.
Aku pun meniup lili tersebut. Aku belum sempat memotong kuenya. Saking gembiranya, Ary merampas kue dari Meisya pacarnya dan menempelkan itu pada wajahku. Sehingga seluruh wajahku penuh dengan kue ulang tahun. Aku pun membalasnya.
Saat itu amarahku dalam hati hilang seketika berganti dengan tawa bersama mereka.
"Oh iya, aku punya kado untuk Leo," kata Ary seusai melumasi kue di wajahku. Begitu juga dengan Pak Arman, Meisya, dan Pak Luki bergantian memberiku kado.
Tiba-tiba lampu menyala, menerangi seisi ruangan atau rumah Ary.
"Terima kasih semuanya. Tuhan memberkati kebaikan kalian." Kataku singkat.
"Amin." Mereka mengucapkan secara bersamaan.
***
Tok... tok... tok.. Permisi! Suara di depan rumah.
"Coba saya lihat dulu," kata Ary.
"Biar Aku saja, Ary" kataku pada Ary. Lalu aku bergegas pergi untuk melihatnya.
"Kalau bertemu saya. Bilang saja, saya sedang sibuk," teriak Ary di belakangku.
"Baik." Sahutku.
"Kamu?" kaget saat membuka pintu.
"Siapa Leo?" suara Ary dari dalam rumah.
"Tidak ada siapa-siapa" sahutku padanya.
Karena aku lama, Ary langsung menengokku di depan rumah. [Kami sedang ....]
"Owh! Ternyata kalian diam-diam ...?!"
"Iya. Sebelum Lucy ke Kalimantan, kami sudah pacaran. Maaf tidak memberitahumu, Ary" kataku pada Ary.
"Dan saya diam-diam tidak memberitahu kalian," sambut Lucy.
Bersambung ...
Weda, 29 Mei 2023
Arnol Goleo [10:56]