Oke, kita lanjut takut keburu dingin kopinya.
Beberapa tahun belakangan ini, kita tahu bersama bahwa dunia dilanda pandemi Covid-19 sehingga pemerintah berupaya semaksimal mungkin untuk membatasi aktivitas masyarakat. Atau masyarakat diharapkan agar menjaga kesehatan dan menjauhi tempat kerumunan (tempat ramai).
Bahkan dihimbau agar masyarakat atau setiap desa membuat posko-posko pemeriksaan bagi orang asing yang masuk desa, juga masyarakat setempat ketika pulang dari sebuah kota atau dari perantauan untuk mencegah menularnya penyakit berbahaya tersebut.
Selain itu, pemerintah mengucurkan bantuan kepada masyarakat berupa uang tunai atau yang sekarang disebut dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada setiap anggota keluarga (per KK) ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Namun tak banyak orang yang tahu di balik pandemi Covid-19 dan banyak orang menganggap pandemi tersebut merupakan "kutukan dari Tuhan" terutama masyarakat awam, bahkan bukan hanya masyarakat awam, sebagian orang yang berpendidikan pun menganggap hal yang sama.
Karena pandemi Covid-19 tersebut pula masyarakat sempat dihebohkan dengan sebuah video yang beredar di media sosial "seorang bayi menyuruh makan telur" yang katanya itu adalah obat atau anti Covid-19. Sehingga masyarakat beramai-ramai ke warung-warung kecil tengah malam membeli telur untuk direbus dan dimakan.
Orang tua saya waktu itu juga percaya dengan informasi yang diterima dari tetangga sehingga ayah membangunkan saya dari tempat tidur dan menyuruhku makan telur yang telah direbus, namun saya tidak makan telur itu sebelum mengetahui kebenarannya.
Setelah bangun dari tidurku, saya mencari tahu informasi yang beredar tersebut. Ternyata, informasi itu hoax. Tetapi sebelumnya saya telah memberitahu kepada kedua orang tua bahwa informasi itu tidak benar.
Pertanyaannya: Apa hubungannya pandemi Covid-19 dengan digitalisasi?
Digitalisasi adalah sebuah sistem. Misalkan, dulu sebelum pandemi Covid-19 mahasiswa kuliah tatap muka antara dosen dan mahasiswa. Namun saat pandemi berlangsung pihak perguruan tinggi mengeluarkan sebuah kebijakan bahwa proses belajar mengajar mahasiswa dan dosen yaitu kuliah daring.
Selain itu, seminar-seminar pun berubah dari yang biasanya tatap muka menjadi daring (online) baik pemateri maupun peserta yang mengikuti seminar melalui dunia maya.
Jadi, sekali lagi, apa hubungannya pandemi Covid-19 dengan digitalisasi?
Saya pernah mendengar di salah satu video narasi dari channel Bossman Mardigu tayang pada 5 Maret 2021 diuraikan dengan jelas bahwa 2023 ke atas sistemnya akan berbeda, serba digital.
Selain video tersebut, banyak lagi video narasinya yang memprediksi tentang ekonomi dan di balik pandemi Covid-19 (badai setelah Covid-19). "Menurut Mardigu, pandemi Covid-19 dirancang atau didesain untuk mereset ekonomi dunia."
Benarkah demikian atau ini hanya halusinasi Mardigu? Jikalau itu halusinasi, mengapa Bank Indonesia saat ini menjalin kerja sama dengan beberapa negara ASEAN yaitu disebut dengan cross border transaction?
Bank Indonesia bekerja sama dengan negara kawasan yaitu Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT).
Dan ini telah disebut juga oleh Mardigu lewat narasinya atau pernyataannya dalam sebuah video yang diunggah pada dua tahun silam disebut dengan "digital rupiah."
Weda, 11 Mei 2023
Arnol Goleo [23:55]