Dua buku itu diambil Aisyah dan membawanya ke meja kasir. Setelah dibayar, Aisyah memberikan itu padaku buku yang diisi dalam kantong plastik Gramedia.
"Ini buku siapa?" Aku kan tidak membeli buku ini?" tanyaku pada Aisyah. "Ambil saja. Saya sengaja membelikannya itu untukmu. Aku lihat tadi kamu mengincar buku itu juga." Jawab Aisyah dengan senyum tipis.
"Kita kayak baygon di sini" kata Babang. [Hahaha] mereka tertawa lepas bersama. "Cieeee...Kayaknya ada yang mau jadian nih" cetus Meri. "Kerjaan kalian ngegosip terus" kata Aisyah dengan wajah seakan mengiyakan perkataan Meri.
Buku Antropologi Pembangunan Pedesaan itu pun aku masukan lagi ke dalam kantong plastik itu.
Dari Gramedia kami langsung ke warung kopi jalanan. Karena mereka adalah sahabat baikku semuanya mereka traktir.
Seusai ngopi barang, kami langsung ke kampus naik mobil milik Aisyah.
"Udah jadian yah" kata Meri. "Kreekkk..." Aisyah rem mendadak.
"Bisa diam tidak." Kata Aisyah dengan wajah tak biasa. "Biar di lak ban saja kali mulut Meri biar diam" kataku dengan sedikit bercanda.
Aisyah mulai melaju kencang mobilnya. "Aisyah pelan-pelan bawa mobilnya, bahaya." Aisyah melirikku dengan ekor mata. Aisyah malah makin kencang mengemudi.
"Uuuakk" Aku ketika turun dari mobil Aisyah.
Masih dalam mobil. "Cinta kamu ditolak sama Leo?" tanya Melin. Bola mata Aisyah berkaca-kaca. "Begitu saja cengeng. Sabar! Paling Leo butuh waktu." Meri menghibur Aisyah.
"Meri kamu duduk di depan. Aku takut dengan Serigala." Kataku dengan canda. Ya udah, saya juga tidak mau dengan daging masam" jawab Aisyah.
Bersambung....
Bailengit, 22 Februari 2023
Arnol Goleo [15:55]