Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Asing di Tanah Orang, Lebih Asing di Tanah Sendiri

23 Agustus 2022   14:01 Diperbarui: 23 Agustus 2022   14:04 321 6
"Bu, saya berangkat cari kerja dulu perusahaan tetangga sebelah lagi buka lowongan kerja. Dan kebetulan teman kuliahku juga masuk dalam wilayah lingkar tambang jadi tetap saya diterima sebab ribuan tenaga kerja dibutuhkan di sana."

Tanpa berpikir panjang saya pun berangkat sendiri dengan bermodalkan ijazah dan doa. Tujuan awal ke sana hanya satu atau dua hari setelah memasukkan lamaran di perusahaan langsung balik ke kampung halaman karena uang pas-pasan hanya tiket dan uang makan saya selama dua hari di sana.

Kira-kira pukul dua siang saya pun tiba di kampung wilayah operasi perusahaan. Saya miss call salah satu saudara saya yang berkerja juga di perusahaan itu, dia pun menelpon balik.

Setelah saya angkat telepon darinya, dia langsung menanyakan keberadaan saya, saya pun memberitahu bahwa saya sudah tiba.

"Dari telepon. Kamu sudah sampai di mana? saudaraku bertanya!"

"Saya menjawab; saya sudah di pasar dekat kos-kosan banyak."

Haha.. "Dia menertawakan saya. Di area situ banyak kost." Katanya.

Saya balik bertanya, kos-kosan kamu di mana?

Kosan saya dekat bandara sebelum bandara ada bengkel besar di samping bengkel ada lorong masuk kamu belok kanan rumah ke dua cat biru itu kost saya. Jawabnya dari telepon.

"Dia bertanya lagi posisi kamu sebenarnya di mana?"

Saya pun bingung apa yang harus kuberi sebuah tanda agar ia mengetahui keberadaan saya yang sebenarnya, apakah saya sudah dekat dengan kosannya atau masih jauh dari kosannya? Sebab ini kali pertamanya saya sampai di desa itu. Akhirnya, saya menemukan ide dan memberitahu bahwa saya berada dekat Masjid besar.

"Kahh. Sapaan akrab saya. Saya turun dekat Masjid besar posisi Masjid sebelah kanan."

Dia pun masih bertanya: "Kamu sudah lewat lapangan bola kaki?" Saya tambah bingung lagi karena semasa perjalanan saya ketiduran di dalam mobil tiba-tiba mobil berhenti ada dua penumpang turun. Tadinya saya pikir sudah sampai makanya saya pun ikut turun di situ.

Saya kurang tahu kalau saya sudah lewat lapangan bola kaki atau belum. Kayaknya saya belum lewat, belum lihat ada lapangan bola kaki.

Dia pun memberikan saran, Kahh nanti numpang ojek ketika ada karyawan yang lewat.

Saya tutup teleponnya dan saya duduk di bengkel kecil sambil dalam hati kecil bertanya "apa betul ada karyawan yang lewat dan berbaik hati bisa memberikan saya tumpangan?"

"Kira-kira pukul s'tengah tiga siang tapi belum ada satu pun karyawan yang lewat, saya makin gelisah bahaya ini kalau saya nyasar di tempat ini?" tambahnya lagi HPku mati (habis baterei) mau di charging sama saja tombol untuk menyalakan ponsel pun sudah rusak, tak bisa lagi dinyalakan.

Saya duduk di bengkel itu kurang lebih satu jam sampai matahari sudah ke arah barat menunjukkan hari sudah sore kira-kira pukul tiga sore.

Saya makin gelisah lagi karena ponselku kehabisan baterei mau jalan kaki malu dengan bawah tas berisikan pakaian, tas satunya lagi berisikan fanta 1,5 liter dua botol belum lagi satu dus bawaan kue titipan dari mertua (titipan kue, mertua saudaraku untuk cucunya).

Dengan buang rasa malu saya bergegas mengambil barang bawaanku langsung jalan kaki mencari tempat kost saudara saya dengan bermodalkan tanda lapangan bolakaki dan bandara udara yang diberi petunjuk saudaraku tadi ditelepon, itu sebagai peta penunjuk arah mencari tempat tinggalnya.

Dengan panasnya di bawah terik sinar matahari walau sudah jam tiga sore ditambah lagi tidak ada pepohonan di sepanjang jalan, saya terus berjalan dengan lumuran keringat, sambil dalam hati berkata inilah perjuangan!

Seperti pepatah mengatakan: 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun