Ketika membaca sebuah artikel di kolom opini yang berjudul "
Hantu Scopus" (
Kompas, 21/2) dan sebuah artikel di tempo.co yang berjudul "Para Dosen Malas, Kemenristekdikti: Penelitian Kita Minim se-ASEAN", saya tergelitik untuk menulis artikel ini dikarenakan banyaknya miskonsepsi dari kalangan akademisi di Indonesia mengenai indeks yang diberikan oleh Scopus beserta reaksi dari para akademisi akan hal tersebut.
KEMBALI KE ARTIKEL