Kini ia sudah siap untuk kembali ke kelas . Namun , ekor matanya menangkap sesuatu yang aneh dari bilik keempat . Suara deritan pintu toliet yang terbuka sendiri sontak mengejutkannya . Dari dalamnya , seorang wanita berjubah hitam misterius keluar dan beranjak ke tempat Indri berdiri .
" Nak ? " sapa wanita itu .
" Ada apa , bu ? " balas Indri .
Pintu kamar mandi yang sudah terbuka sedikit , ia tutup kembali begitu wanita itu bertanya padanya .
" Kau suka jubah warna apa ? Merah atau biru ? "
" Aku lebih suka warna merah . " ucap Indri spontan .
" Oh warna merah ya , kalau begitu ... "
CRAATTSSS!
Tubuh Ana bergetar hebat , mata membeliak , menyaksikan mayat seorang perempuan tewas mengenaskan dengan luka sobek melebar hampir memutus lehernya . Darah segar mengucur deras membasahi lantai , dinding , serta jubah yang dikenakan di tubuhnya . Jubah merah yang kini dibaluri darah .
" Aaaaaaaaaaaaaaa ! "
Jeritan panjang dari kamar mandi perempuan menggemparkan satu sekolah . Ratusan siswa mendatangi sumber jeritan itu . Mereka hanya bisa mengangga lebar melihat apa yang ada di sana dan sebagian mereka melaporkan kejadian yang mereka lihat pada guru yang bersangkutan .
Sirene mobil polisi mengaung keras di halaman sekolah . Beberapa polisi melakukan penyisiran dan pemeriksaan di bagian dalam dan luar kamar mandi guna mencari jejak yang ditinggalkan . Polisi bertanya pada para siswaa yang tadi berkurumun dikamar mandi , siapa yang pertama kali melihat korban tewas dan mereka menjawab - Ana .
Polisi meminta izin kepada pihak sekolah untuk memeriksa salah satu siswanya yang berada di tempat kejadian perkara atas nama Ana . Para polisi dan guru sudah berkumpul di ruang BP dan menyuruh salah satu siswanya untuk memanggil Ana - siswi kelas 11 IPA 1 .
Ana datang ditemani oleh salah seorang siswi . Ia tampak masih trauma dengan apa yang terjadi barusan . Wajah tegang , pupil mata melebar dan badan bergetar , semua ekspresi ketakutan itu ia tampakkan di hadapan para guru dan polisi di sana .
" Silakan duduk . " ucap polisi tegas .
Ana kelihatan canggung ketika polisi menyuruhnya untuk duduk . Walaupun masih diliputi rasa trauma , ia coba memperbaiki langkah kakinya dan sikap tubuhnya yang canggung , bagaimanapun ia adalah orang yang pertama kali berada di TKP . Ana mengambil posisi duduk di samping guru BP .
" Bisakah saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada saudari Ana ? "
" Ma-ma-maaf pak polisi . Sebelumnya ,saya butuh waktu untuk menenangkan diri saya sebentar . "
Pihak kepolisian mempersilahkan . Ana berulang - ulang mengambil nafas dan membuangnya pelan - pelan . Gemetaran mulai berkurang dan raut wajah rileks , kini ia sudah bisa menenangkan dirinya dan siap memberikan keterangan .
" Jadi saya membuka pintu kamar mandi , saya melihat m-m-ma-mayat ... " Ana tak kuasa melanjutkan perkataannya .
" Apakah saat anda membuka pintu kamar mandi , anda tidak melihat sesuatu yang mencurigakan yang berhubungan dengan meninggalnya saudari Indri ? " tanya polisi menyelidik pada Ana .
" Tidak ada , pak . Tidak ada sesuatu yang mencurigakan di sana . Tapi ketika saya membuka pintu , saya melihat sekelebat bayangan hitam melintas di hadapan saya . Di situ saya hanya melihat mayat seorang perempuan berjubah berlumuran darah , pak . " tandas Ana .
" Sekelebat bayangan ? Jubah ? Apa anda yakin dengan apa yang anda lihat ? "
" Ya pak . Saya yakin sekali dengan apa yang saya lihat dan saya berani bersumpah kalau .. "
" Sudah cukup keterangannya . Saya akan melakukan investigasi lebih lanjut berdasarkan keterangan yang Anda utarakan . Sekali lagi , terimakasih atas kerjasama Anda , saya pamit undur " Iptu Jonathan menyimpan catatannya di saku dan menyalami Ana dan guru - guru sembari keluar dari sana .
" Lapor pak ! Tidak ada tanda - tanda mencurigakan di sekitar kamar mandi . Tidak dijumpai kerusakan di bagian pintu maupun asbes ! Tapi kami menemukan sebuah jubah merah di tubuh korban pak . " ujar sang Bripda pada pimpinannya .
" Jubah ?! " Iptu Jonathan membatin . Ternyata apa yang dikatakan oleh saksi Ana itu benar adanya .
" Kalau begitu bawa barang bukti ke kantor . Untuk sementara , penyelidikan kita hentikan dulu . " ucap sang Iptu , ia memberikan instruksi pada bawahannya .
" Siap pak ! "
Sang bawahan pergi ketika sudah menerima perintah dari pimpinannya . Iptu Jonathan juga kebingungan mencari titik terang dari kasus ini . Rasanya tidak masuk akal jika mengait - kaitkan kasus ini dengan ulah makhluk tak kasat mata dan jika itu terbukti benar , dari mana ia mempidanakan makhluk halus yang hanya bisa dilihat oleh orang berkemampuan spesial ? . Apakah hukum akan berlaku pada makhluk tak kasat mata s'perti kuntilanak , pocong , tuyul dan sebangsanya ?
Jika melihat mimik wajah serius Ana , ia tak menaruh curiga padanya . Keterangan yang diutarakannya tidak berbelit - belit dan mengalir apa adanya . Baru kali ini dia menangani kasus yang cukup rumit . Tapi , ia sudah menyuruh pihak ke sekolah agar toilet perempuan tidak digunakan sementara dan mengawasi gerak - gerik siswa - siswa , para guru maupun petugas sekolah yang cukup mencurigakan , karena kepolisian tidak menutup kemungkinan pelakunya masih berada di lingkungan sekolah .
" Gue gak nyangka kalau si Indri bakalan tewas mengenaskan kayak gitu . " tukas Nina .
" Sama Nin . Tega banget itu orang yang membunuh si Indri padahal kan Indri orangnya ramah dan care. " tambah Yani .
" Apa jangan - jangan si Ana yang ngebunuh si Indri ?! Secara , dia kan yang pernah kali lihat si Indri tewas . " celetuk Endah .
" Huss , kamu ini . Jangan nuduh sembarang ! Kalau orangnya dengar gimana ?! " tandas Nina spontan .
" Iya deh iya aku minta maaf . " tutur Endah .
" Ya sudah , karena lonceng sudah berbunyi , bayarin deh jajanan kami berdua . " ujar Nina pada Endah sambil tertawa lepas .
" Ehe kodok . " balas Endah .
Dering lonceng nyaring seakan menyuruh para siswa tak berlama - lama di kantin dan segera menuju ke kelas . Tiga orang perempuan ini pun buru - buru menuju kelas sebelum guru mereka datang , jika mereka terlambat pasti mereka akan dihukum berdiri di depan kelas .
Satu hari yang panjang di sekolah telah terlewati dan hari sudah semakin sore . Dari kejauhan , terlihat dua orang perempuan jalan beriringan di halaman sekolah .
" Nin , bisa nunggu bentar gak ? Aku mau ke kamar mandi . Udah kebelet . " Endah tiba - tiba menghentikan langkahnya .
" Bisa , tapi jangan lama - lama , ya ! "
" Ok ! " ucap Endah sambil mengacungkan jempolnya .
Endah bergegas ke kamar mandi supaya Nina tak menunggu berlama - lama . Sesampainya di kamar mandi , ia melihat police line masih melintangi tempat kejadian ditemukannya jenazah Indri . Endah bergidik ngeri mengingat cerita teman - temannya tentang kondisi Indri dengan luka leher menganga lebar dan tubuhnya dibaluti oleh jubah merah .
Belum hilang rasa takutnya , telinganya menangkap suara decitan pintu toilet bilik ke 4 terbuka .
Kriiiett
Endah tercekat begitu melihat seorang wanita dengan jubah hitam menghampiri dirinya dan coba menawarkan sesuatu .
" Nak , kamu suka jubah warna apa ? Merah atau biru ? " ujar wanita dengan tatapan nyala .
" E-e-er aku suka warna biru . " sahut Endah .
Endah memekik ketika kedua tangan wanita itu sudah berada di lehernya . Kekuatan yang dimiliki wanita itu amat besar , membuattubuhnya lunglai tak bertenaga . Tak ada perlawanan yang berarti ia yang dapat dilakukan . Sisa oksigen yang tersimpan di paru - paru semakin menipis dan ia semakin terdesak .
Di luar sana , Nina gelisah menungguEndah yang tak kunjung datang . Ia mencemaskan kejadian yang dialami oleh Indri akan menimpa sahabatnya . Feeling-nya terus saja mengatakan bahwa sesuatu yang buruk terjadi pada Endah . Nina tak tahan lagi , kekhawatiran itu terus mengguncang pikirannya dan ia memutuskan untuk ke kamar mandi .
Nina mendorong pelan pintu kamar mandi yang sedikit tersingkap dan menyaksikan sahabatnya terbujur kaku tak bernyawa . Tubuhnya membiru , bagian putih matanya terbeliak ke atas dengan lidah menjulur keluar .
" Endahhhhh ! "
Pekikan panjang itu membuat siang hari yang tenang mendadak mencekam . Kepolisian sudah melakukan investigasi dan hasilnya sama seperti kasus yang mereka tangani tadi pagi . Si pelaku tak meninggalkan tanda - tanda kerusakan di sekitar kamar mandi , hanya saja si pelaku memakaikan jubah biru di tubuh sang korban . Dugaan bahwa dalang di balik pembunuhan itu adalah makhluk tak kasat mata mulai mencuat di alam pikiran para penyidik kepolisian . Tapi hal semacam itu terbantahkan dan mereka masih berusaha keras untuk mengungkap siapa identitas pelaku pembunuhan tersebut .
Berita mengenai kematian Endah mulai menyebar ke seantero sekolah dan menimbulkan keresahan bagi para siswi . Mereka jadi takut untuk pergi ke kamar mandi meskipun kamar mandi khusus perempuan dialihkan ke kamar mandi guru . Para siswi beranggapan bahwa si pembunuh mengincar siswi . Hal itu terbukti dari dua korban yang tewas di kamar mandi adalah siswi .
Diam - diam rupanya Astrid mendengar kabar mengenai pembunuhan yang merenggut nyawa teman - temannya itu membuat dirinya geram . Meskipun ia tidak mengenal kedua korban secara dekat , tapi bila dibiarkan korban akan terus berjauhan dan tak menutupi kemungkinan ia adalah korban selanjutnya .
Astrid bertekad untuk menangkap& mengungkap pelaku pembunuhan tersebut . Ia langsung berkordinasi dengan pacarnya , Edo .
Do , lama - lama gua gak tahan lagi lihat teman - teman kita mati sia - sia di tangan pembunuh itu .
Astrid mengetik SMS dengan cepat dan langsung di-Send ke nomor Handphone pacarnya .
Jadi apa yang mau kamu lakukan ?
SMS yang dikirim oleh Astrid sudah masuk ke Handphonenya . Edo membaca sekilas isi SMS itu dan langsung mengirimkan balasannya .
Setelah bel pulang berbunyi dan suasana sekolah kelihatan agak sepi ,kita akan ke kamar mandi perempuan dan menyergap si pembunuh itu . Sebaiknya kamu bawa alat pertahanan diri . Aku yakin pasti dia membawa peralatan tajam . Manatahu dia melakukan perlawanan .
Edo tersentak dengan apa yang dikatakan Astrid melalui SMS . Mula - mula , ia kurang setuju dengan ide yang diutarakan oleh Astrid . Namun , hal ini juga menyangkut keselamatan dan ia berkeinginan mengungkap siapa di balik semua kasus pembunuhan tersebut , akhirnya ia memutuskan untuk menyetujui ide gila pacarnya tersebut .
Ok , aku mau . Tapi konfirmasikan padaku kalau kamu sudah bersiap - siap .
Sip !
Percakapan dalam SMS itu akhirnya selesai begitu keduanya sudah bersepakat dengan rencana mereka dan kembali memusatkan perhatian mereka pada pelajaran masing - masing .
Waktunya sudah tiba . Suasana sekolah sudah sepi , tak tampak lagi seorang pun siswa berjalan di halaman sekolah . Ini berjalan sebagaimana mereka rencanakan . Astrid datang dengan mengenakan kaus oblong putih dengan rok putih abu - abu . Ia letakkan sepedanya di depan kelas kira - kira 20 meter dari kamar mandi perempuan .
Saat ia menuju kamar mandi , sudah tampak Edo , pacarnya berdiri di samping pintu kamar mandi . Ia masih mengenakan seragam putih abu - abu di badannya .
" Baru datang , Do ? "
" Tidak . Aku sudah lumayan lama nunggu kamu . "
" Maaf kalau akau membuatmu menunggu lama , tapi kamu sudah siap kan ? "
" Jelas aku siap . "
Astrid melihat sebuah kayu panjang tergenggam erat di tangan kanannya .
" Satu lagi , kamu hati - hati ya , Trid . Kalau ada sesuatu yang mengancam keselamatan kamu langsung teriak . " ungkap Edo penuh kewaspadaan .
Astrid hanya mengangguk sambil mengulas senyum tipis pada Edo lalu menuju ke dalam kamar mandi .
Ia menekan gagang pintu dan mendorongnya lemah . Matanya memandang garis polisi masih membentang di sekitar tempat ditemukannya mayat Endah . Ada sensasi dingin menggelitik tengkuknya ketika dirinya menapak di kamar mandi . Mungkin hal inilah yang pertama kali dirasakan oleh para korban pembunuhan tersebut .
Pandangannya tertuju pada salah satu bilik pintu toilet - bilik keempat . Pintu yang awalnya tertutup pelan - pelan tersingkap . Sedikit demi sedikit dan terbukalah semua . Jantungnya berdegup kencang , irama nafas sedikit memburu - sesuatu akan keluar dari dalam sana .
Derap kaki menghentak lantai berkeramik lembab , pikirannya tak karuan . Seorang wanita berjubah hitam panjang terseret menuju Astrid . Ia masih tak percaya , ada orang lain selain dirinya di kamar mandi ini . Namun , ini adalah kejanggalan menimbulkan tanya , di mana seorang wanita misterius muncul dari dalam bilik toliet yang kosong .
Wanita berjubah itu berada di hadapan Astrid . Sorot mata dingin dan wajah muram diselimuti aura mistis dan angker , menyebabkan bulir - bulir keringat sebesar beras jatuh dari keningnya . Kegelisahan mencekam , mulai merongrong keberanian yang terkumpul di hatinya .
" Nak , kamu suka jubah warna apa ? Merah atau biru ? " tanya wanita itu .
Astrid bertahan sekuat mungkin agar ia tidak menjawab pertanyaan dari wanita itu . Ia yakin jikalau ia menjawab pertanyaan dari wanita tersebut , ia akan bernasib sama seperti dua siswi yang mati secara mengenaskan .
Akan tetapi , lidahnya seperti mempunyai kekuatan tersendiri untuk melawan pertahanan sang empunya lidah . Erangan tak jelas tesendat di tengggorokan , bibir bergetar . Ia tak sanggup menahan lagi dan akhirnya jebol .
" Hi-hi-hi-hitam . " ujarnya penuh kepayahan .
" Hitam . Baiklah . Coba lihat pintu ini . " suruh wanita itu pada Astrid .
Ia melakukan apa yang dikatakan wanita tersebut . Ia mengalihkan pandangannya ke arah pintu bilik toliet pertama .
" Aaaaaaaaaaaaaaa "
Gerombolan tangan menyeruak dari dalam ketika pintu terbuka lebar . Jangankan berlari , berbalik badan pun , puluhan tangan itu sudah mencengkeram kakinya . Astri meronta - ronta hebat ketika tangan - tangan itu hendak menyeretnya ke dalam kegelapan yang tak berujung .
Edo yang mendengar jeritan Astrid , melesat cepat ke dalam kamar mandi dan menyaksikan puluhan tangan menggenggam erat kaki pacarnya . Dengan sigap , ia berlari dan memukul - mukul tangan - tangan itu namun tak bereaksi apa - apa malah tangan - tangan itu makin kuat menyeretnya .
Tangisan Astrid makin membahana ketika setengah badannya sudah masuk ke dalam kegelapan . Edo kalap , langsung menarik kedua tangan Astrid. Tarik - menarik terjadi di antara mereka . Tenaganya terkuras melawan kekuatan puluhan tangan begitu kuat , sampai - sampai ia ikut terseret .
Semua hanya terjadi sekejap . Di tengah kekalutan dan kepanikan mereka , dari belakang seorang lelaki paruh baya - Saman , penjaga sekolah sedang merapal doa dan mantra dari mulutnya . Gerombolan tangan itu sudah menghilang demikian dengan wanita berjubah itu . Di sana hanya ada bilik yang berisi closet jongkok , tidak ada wanita berjubah , tak ada lagi tangan - tangan menyeramkan . Hanya mereka bertiga , diselimuti keheningan dan kelembaban setelah dicekam teror menakutkan .
" Ayo kita pergi . " ujarnya sambil mengulurkan tangan pada mereka .
Ketiga beranjak dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata , wajah Astrid putih pucat , bibirnya mengatup rapat . Edo paham kalau sesuatu yang hampir mengancam nyawa telah menimpa pacarnya , tapi yang pasti mereka akan membicarakannya kepada pihak sekolah dan kepolisian tentang kejadian yang mereka alami di kamar mandi perempuan .
Sesuai dengan keputusan pihak sekolah , akhirnya kamar mandi perempuan disegel . Dua papan yang disusun bersilang menghiasi pintu kamar mandi disertai dengan tanda peringatan .
PINTU INI DISEGEL !
Pihak kepolisian menutup kasus ini rapat - rapat dan menyimpulkan bahwa penyebab kematian kedua korban adalah murni kecelakaan .
Aku hanya bisa memperingatkan padamu , berhati - hatilah ! Bisa saja dia berada di belakangmu dan menawarkan jubah kematiannya padamu .
" Kau suka jubah warna apa ? Merah atau biru ? "
- fin
Cerita ini terinspirasi dari urban legend Jepang ' Aka Manto ' .